Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Waspada terhadap Predator Online dari China, yang Memanfaatkan Seks Online, Memeras Para Korban

28 Desember 2021   04:52 Diperbarui: 28 Desember 2021   09:55 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kombes Yusri Yunus | Sumber Kompas.com

Ini pertama kalinya korbannya laki-laki karena penipu online biasanya menargetkan wanita.

Di China, ada ribuan kasus yang disebut sha zhu pan atau pembantaian babi atau Romance Scam dalam beberapa tahun terakhir. Semua pelaku menganggap korbannya, kebanyakan perempuan, sebagai babi. Para korban awalnya berasal dari China dan kemudian para penipu mulai menargetkan orang China perantauan, termasuk Taiwan dan Hong Kong.

Penipu asmara menelusuri platform media sosial dan memilih calon korban. Mereka memikat wanita lajang atau yang belum menikah, yang memiliki beberapa tabungan serta pendapatan. Setelah romansa online yang intensif selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, mereka menawarkan proposal investasi palsu.   

Setelah korban mentransfer uangnya, para penjahat menghilang begitu saja dari media sosial tanpa jejak.

Kasus serupa muncul di Malaysia, Singapura, Jepang, Hong Kong, Taiwan, Vietnam dan Filipina.

Di Indonesia, mungkin ini kasus pertama. Tidak jelas apakah ada orang Indonesia yang menjadi korban skandal seks dan pemerasan online. Polisi masih menyelidiki siapa yang membawa kelompok ini ke Indonesia dan memfasilitasi ruko-rukonya di Jakarta. 

Menurut Komisi Perdagangan Federal (FTC) yang berbasis di AS, skema investasi palsu yang berasal dari China telah menelan kerugian finansial senilai AS$304 juta yang memecahkan rekor pada tahun 2020.

Kita memiliki situs web terkenal bernama Cyber-Forensics.net, pemimpin industri dalam menyediakan layanan forensik siber untuk korban penipuan online, baru-baru ini mengungkap bagaimana pelaku menggunakan identitas online palsu untuk mengelabui korban.

Akibat pandemi COVID-19, orang-orang terpaksa untuk menggunakan ponsel genggam, laptop dan komputer lebih sering dari sebelumnya. Orang-orang menjadi aktif untuk mencari pasangan online melalui aplikasi seperti Tinder, Bumble, WeChat, Line, Facebook, Instagram, OkCupid, Hinge dan Happn.

Para penipu membuat profil palsu dengan menggunakan foto dan profil yang menarik untuk mendapatkan kepercayaan dari calon korban dan memikat mereka ke dalam investasi senilai jutaan dolar.

Pada tahun 2020, China, yang melarang Facebook, WhatsApp, YouTube dan beberapa platform sosial media internasional dan media internasional tradisional, membuat aplikasi seperti Study Xi, Strong Nation dan aplikasi serupa untuk mengakui ajaran Presiden China dan pemimpin Partai Komunis Xi Jinping. Aplikasi ini mengonversi ajaran Presiden China ke dalam permainan dan memungkinkan pemberian poin untuk seringnya log-in, waktu yang dihabiskan membaca dan menonton video. Aplikasi Study Xi segera menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun