Hidup sebagai anak kos itu seperti ikut reality show dengan tema "bertahan hidup". Bedanya tanpa ada kamera dan tanpa mendapatkan hadiah. Tantangannya sungguh nyata, mulai dari nasi kebanyakan air sampai dompet yang kebanyakan kosong. Tapi tenang, sebagai sesama pejuang. Ada beberapa cara jitu menghemat ala anak kosan. Dijamin tidak akan membuatmu kehilangan martabat, hanya sedikit kehilangan gengsi (dan kadang kehilangan rasa).
Mie Instan, Sahabat Sejati
Mie instan tidak hanya sekadar makanan, dia adalah budaya. Pada saat isi dompet tinggal kenangan, mie instan datang dengan hangatnya pelukan. Tapi agar tak bosan, berkreasilah! Tambahkan sayur sisa, telur setengah matang atau bahkan sambal sachet dari warteg sebelah.
Namun, perlu diingat! Jangan terlalu mengandalkan mie instan. Mengonsumsinya secara berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan; tinggi natrium, rendah gizi, dan bikin tubuh lemas kalau dijadikan makanan utama terus-menerus. Usahakan tetap imbangi dengan sayur, buah, dan air mineral yang cukup. Hidup hemat boleh, tapi jangan sampai kesehatan yang jadi korbannya.
Berteman dengan Warteg, Bertahan Lewat Nasi dan Empati
Sebagai anak kos, wajib hukumnya mengenal warteg sekitar. Warteg bukan hanya sekadar tempat makan, dia adalah posko perlindungan darurat saat saldo mulai tak sanggup berbicara. Warteg mengajarkan satu hal penting, yaitu kenyang itu relatif asal porsinya kreatif. Dengan harga yang terjangkau dan porsi yang bisa dikustumisasi, warteg jadi solusi paling manusiawi di tengah gejolak keuangan.
Galon adalah Investasi
Lindungi galonmu, seperti melindungi isi dompet. Kehabisan air minum di kosan itu lebih menakutkan daripada kehabisan kuota. Air galon bisa disulap jadi teh manis, teh tawar, dan bahkan pencuci tangan dadakan.
Laundry Manual
Laundry kiloan memang praktis, tapi bisa jadi musuh finansial. Solusi terbaik adalah cuci sendiri dengan teknik "seperlunya". Pakaian dalam, kaos rumah, dan celana tidur bisa dicuci rutin. Tapi jaket, jeans, dan hoodie? Bisa menunggu sampai akhir zaman (atau sampai orang sadar dengan baunya).
WiFi Gratis: Kebutuhan  Primer
Di kosan, WiFi bukan suatu kemewahan, tapi hak dasar. Jika tidak tersedia, maka cafe, kampus, bahkan kos sebelah bisa jadi tempat pelarian. Anak kos punya insting kuat untuk mendeteksi jaringan "FREE_WIFI123" dalam radius 100 meter.
Mencatat Pengeluaran Walau Menyakitkan
Kebiasaan mencatat pengeluaran sering kali diabaikan, padalah itu salah satu hal penting. Kadang kita merasa miskin, padahal uang habis bukan karena kebutuhan tapi karena tiap sore jajan kopi susu dan gorengan. Catatan sederhana bisa menyadarkan kita bukan kurang uang, tapi kurang sadar.
Jangan Gengsi Terima Kiriman dari Rumah
Ketika stok sabun menipis dan mie instan sisa satu, telepon dari ibu yang bilang, "Ibu mau kirim paket ya", terdengar seperti penyelamat. Kalau ibu ingin kirim sembako, sambutlah dengan tangan terbuka dan hati yang penuh rasa syukur. Jangan gengsi! Ingat, harga diri bisa menyesuaikan isi dompet. Lebih baik kenyang dan bahagia daripada sok mandiri tapi lapar.
Menjadi anak kos bukan berarti harus hidup sengsara. Hidup hemat adalah seni menyiasati keterbatasan tanpa kehilangan semangat. Di balik keahlian menyulap mie instan menjadi ramen, ada daya juang dan kreativitas yang patut diapresiasi. Menjadi anak kos bukan sekadar bertahan hidup, tapi tentang belajar menghargai setiap rupiah, setiap suapan, dan setiap detik bersama diri sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI