Mohon tunggu...
Anindya Yustika
Anindya Yustika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya yang tertarik dengan isu feminisme, politik, dan hukum.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Manusia Diciptakan?

2 Desember 2021   07:53 Diperbarui: 2 Desember 2021   07:55 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Artinya : “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-A’raf : 69)

Dari firman-firman Allah di atas, dapat diketahui bahwa manusia diciptakan untuk mengemban tugas-tugas kekhalifahan di muka bumi ini. Kedudukan manusia di sisi Allah telah terpapar jelas bahwa manusia adalah perwakilan Allah di muka bumi ini dan ditugaskan untuk memimpin makhluk lain agar tetap tunduk pada Allah. Dalam urgensinya, manusia juga harus memerhatikan moral dan etika. Kedua hal tersebut harus ditegakkan untuk menyeimbangkan kedudukan manusia sebagai makhluk paling mulia disisi Allah.

Menurut Qurais Shihab, hubungan yang berlangsung antara manusia dan makhluk lain, termasuk sesame manusia, adalah setara. Hal tersebut dimaksudkan bahwa tugas yang Allah berikan kepada manusia sebagai penguasa di muka bumi ini bukan untuk melebihtinggikan hubungan mereka, tetapi semata-mata hanya karena Allah yang mendudukannya di ranah seperti itu. Hubungan tersebut berupa hubungan bersama dalam ketundukannya kepada Allah sebagai pencipta mereka. Oleh karena itu, manusia dalam arti pengganti sebagai khalifah di muka bumi bukan hanya sekedar menggantikan saja, melainkan juga turut tunduk atas perintah-Nya. 

Dalam kutipan pada buku Ramayulis, Ahmad Hasan Firhat membedakan kedudukan kekhalifan manusia dari dua bentuk[7], yaitu :

  1. Khalifah kauniyah. Kewenangan yang diberikan Allah kepada manusia dalam tugasnya di muka bumi ini berkaitan mengatur dan memanfaatkan alam semesta beserta isinya untuk membangun kehidupan yang sejahtera. Tugas ini hanya yang bersifat umum dan ditujukan kepada seluruh manusia, tanpa adanya campur tangan agama yang setiap manusia yakini.
  2. Khalifah syar’iyah. Tugas ini hanya ditujukan kepada orang-orang mukmin untuk memakmurkan alam semesta. Hal ini bertujuan agar orang mukmin dapat menjadi pionir dalam mengatur alam semesta sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah yang dibawa oleh ajaran agama tauhid. Karena dengan berpedoman pada iman kepada Allah, manusia akan senantiasa berbuat baik dan memanfaatkan segala yang ada di alam semesta ini untuk kemaslahatan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun