Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Orang yang fakir ilmu, Never give up

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Awal Mula Menjadi Candu

13 Juni 2020   10:22 Diperbarui: 13 Juni 2020   10:20 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari terminal bus sampe ke basecamp itu lumayan memakan waktu berjam-jam, pant** juga sampe serasa tipis. Sore menjelang magrib kira-kira kami baru sampe ke basecamp, mataharipun mulai terbenam pada waktu itu. Suara di perut mulai memanggil, karena cacing-cacing di perut mulai demo belum menemukan jatah makanannya. Tas di turunkan, kaki di tekuk, punggung menyandar sembari menikmati keindahan sunset yang begitu indah membuat kami terdiam sejenak terkesima dengan keindahannya, yang tadinya cacing di perut meronta-ronta, seketika seperti terdiam dan membisu. 

Sunset berlalu, imajinasi yang di ciptakan oleh sunset tersebut lambat laun pudar dan kembali ke alam nyata lagi. Cacing yang tadinya seperti terdiam dan membisu, sekarang kembali seperti semula mendemo karena belum mendapat jatah makan. Lagi-lagi Anes yang menjadi aktor utamanya, melobby sang penjual makanan. Maklum dia asli solo jadi paham dengan bahasa Jawa. Kami pesan nasi goreng, mie goreng, ayam goreng dan pelengkap menu lainnya sedangkan untuk minumnya kami memesan teh hangat dan es jeruk.

Selesai makan, yang tadinya banyak cucian piring dan gelas yang kami pakai di beresin sama penjual makanan tersebut. Setelah beres di rapihkan, kami memesan kembali akan tetapi sekarang kami hanya memesan secangkir kopi hitam dan teh manis hangat. Yang tadinya lelah, ngantuk, males dan lainnya yang membayangi kami hilang seketika ketika kami bertegur sapa bercanda guram  dengan candaan-candaan yang menggelitik perut masing-masing.


Tas di bongkar, dikemas kembali dan disusun dengan rapih supaya perjalan kami ke puncak merapi tidak ada kendala dalam hal perbekalan. Yang kurang ditambah dan sebaliknya yang lebih di kurangi sesuai yang akan kami butuhkan nanti di perjalanan menuju puncak. Waktu itu, air kami kurang dan harus di tambah pada saat waktu itu juga soalnya sumber air yang ada hanya di basecamp. Dari basecamp sampai puncak yang tersedia sumber airnya hanya ada di basecamp, kamipun langsung melengkapinya  persedian air dengan mengisi di wadah jerigen yang kami bawa sebelumnya.

Setelah semua siap, dari alat pribadi sampai perlengkapan bersama. Tidak lupa kami memanjatkan do'a kepada sang pencipta, agar kami selamat dalam perjalanan menuju puncak dan balik kembali ke basecamp dengan selamat juga. Menundukan kepala dan berdo'a menurut kepercayaan masing-masing seketika hening dan selesai. Oiya kenapa kita berdo'a dengan kepercayaan masing-masing, Anes itu agamanya non islam. Jadi, kami menggunakan kalimat yang berbau toleransi.

Langkah demi langkah  kami kaki mulai meninggalkan basecamp. Sampai di satu titik mungkin ada beberapa meter dari basecamp, memang trek di via New Selo ini cukup terjal dan dengan kemiringan mendekati 90 derajat. Walaupun di jalur awal masih menggunakan paving block. Rahma, salah satu perempuan yang waktu itu ikut serta bersama kami, mungkin dia lelah apa gimana karena perjalanan yang melelahkan menuju basecamp tadi. Rahma ngeluh dan meminta beristirat. 

Perjalanan di lanjut, lagi-lagi Rahma meminta kami untuk beristirahat. Akhirnya dengan beberapa kali kami istirahnya, kami sampai di pos 1. Lanjut Rahma bergumam, entah capelah, maleslah, pengen balik lagilah. Dengan sebisa mungkin kami membujuk Rahma untuk melanjutkan dan akhirnya mau juga dia walaupun banyak istirahnya. 

Dari pada kita diam dan hanya ngeluh di tempat saja kita ngga bakal nyampe ke puncak. Pos demi pos telah kami lewati walaupun dengan bertatih-tatih kita laluinya akhirnya sampai juga. sesampainya kita di Pasar Bubrah, batu dan hamparan pasir bekas semburan gunung berapi menambah ciri khas tempat tersebut, dari ujung ke ujung di sekitar Pasar Bubrah tersebut tidak ada sedikitpun pepohonan yang tumbuh seperti di gunung semeru, oiya merapi juga dikenal dengan istilah semerunya Jawa. Ko gua jadi cerita nanjak sih kocak, udah dah nanti gua lanjut di catatan gua selanjutnya seputar pendakian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun