Gundah gulana menyesapi pucuk kepala. Pergimu dilarung senja menenggelamkan buncah ingin berpelukan.
Padahal, telah bertumpuk hasrat meronta. Melintas-lintas rupamu di sendyakala. Menyiksa keinginan, meruntuhkan perkasa atas kesendirian.
Namamu, tapak kedekatan, menguar aroma segala jejak yang melekat, hendak kutangkis untuk tak mengingat.
Gagal, rindu ini merajai, memeluk segala laku menghindari, makin meronta inginkan badanmu mendekap, meniup ubun-ubun, menyusupkan segumpal kata, Â "Cintaku."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!