Hening sejenak, aku tak ingin memutuskan telpon. Tapi tak berani berkata apapun, maka kubiarkan saja sunyi itu menghiasi, ada desah nafasnya, cukuplah bagiku mengetahui dia masih bersamaku.
Sampai kemudian dia berpamitan," Maafkan aku Ojin, aku harus menulis berita untuk diterbitkan besok. Kau tak mengapa kan kutinggal?"
" Oh, iya tak mengapa. It's okay. Tapi izinkan aku menelponmu esok ya."
" Iya."
Jawaban itu mengakhiri perbincangan kami. Desir hangat seperti kurasakan. Ada sesuatu dengan dirinya yang buatku enggan mengatupkan mata ini. Wajahnya, namanya, kupandangi tak henti. Hingga aku tertidur dengan gawai menyala. Ditemani wajahnya yang ku screen shoot ketika video call tadi.
Kalau ada istilah jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin inilah yang berlaku padaku saat ini. Tidak bertatap muka langsung, jauh jarak, hanya gawai penghubungku dengannya tapi kok bisa sensasinya sehebat ini, menunggu esok dengan tak sabar untuk segera tiba, saat tiba waktuku boleh menyapanya.
( Bersambung )