Malam ini, kutatap nanar bangku taman yang menertawakan sunyiku demi menemukan kata tepat untuk diksi. Teras Dermaga menyaksikan betapa menunggu sungguhlah menyiksa. Gerimis yang terbiasa hadirkan romantis tak kuresapi denting indah suaranya. Hambar.
Tetesan lembutnya merupa guruh air terjun Niagara. Membarakan amarah nan terus membuncah. Aku lelah. Biasanya dahulu kurebah di pelukanmu. Menghitung bulir hujan nan datang satu persatu. Mengisi ruang kalbu.
Tak adamu di sini bilurkan kenangan, kau pinta aku setia menunggu. Kulakukan, kabar darimu buyarkan angan. Negeri seberang lautan. Ingin ku arungi samudera luas ini, menujumu. Apa daya kaki ini terikat di sini. Tempat kita memadu janji.
Amarahku surut bersama sepoi bayu nan membisikkan kecupan. " Ku akan datang satu purnama ke depan, dengan pinangan."
Bisu, sipu, malu. Getar itu nyata untukmu.
Bila cinta telah dijanjikan, tak mengapa lama menunggu untuk sebuah pertemuan. Pada langit biru kubisikkan. " Ku akan setia menanti di bangku taman ini, untuk sebuah ikatan."