Mohon tunggu...
anie puji
anie puji Mohon Tunggu... Guru - Mengembangkan hobby menulis, berbagi informasi dan pengetahuan lewat kompasiana

Aktifitas sebagai guru, hobby menulis sejak kecil, suka menulis di media sosial juga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejuta Kekuatan di Balik Kelembutan

17 November 2020   22:02 Diperbarui: 17 November 2020   22:14 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukmarti kelahiran Demak, 2 September 1980 biasa dipanggil Luluk. Ibunya seorang guru TK dimana dia berusia balita yakni tahun 1985 ibunya mulai mengajar. Pas banget, saat dia masuk TK saat itu pula sang ibu mulai mengajar.

Meski baru berusia 5 tahun, dia sudah dibulli oleh teman-temannya di sekolah. Ada semacam gank di kelas dibawah pimpinan Suwarni. Suwarni ini anak paling gede dikelas, maka teman-temannya pada takut dan nurut segala perintahnya termasuk si Luluk ini. 

Luluk sosok anak yang pemalu, pendiam dan taat beragama karena didikan orang tua yang otoriter ga boleh main bersama kebanyakan teman-teman sebaya. Waktunya dihabiskan untuk menuntut ilmu. Selesai sekolah pagi, siang istirahat tidur,  sore TPQ belajar mengaji.

Ketika memasuji bangku SD dia sekelas lagi dengan Suwarni. Kalau waktu TK Luluk ssering dibulli ditakut-takuti ulat, kini buliannya berbeda. Setiap hari dia selalu dimintai uang jajan. Setiap beli sesuatu dahur dua, satu untuk Suwarni dan satunya untuk dirinya. Dan kalau ada tugas mencatat pun juga mengerjakan dua kali, satu catatan untuk pribadi satu lagi untuk Suwarni. 

Hal ini berlangsung hingga kelas 3 SD. Lama rasanya menahan perasaan tak nyaman akhirnya dia memberanikan diri mengadu kepada mas Suyuti kakak kelasnya. Sejak itulah Suwarni tak berani lagi bersikap semena-mena pada Luluk.

Meski sejak kecil selalu dibulli namun tak membuatnya patah semangat tuk belajar. Hari-hari di sekolah merasa sendiri tak punya banyak teman. Maka dia habiskan waktunya untuk membaca, sehingga mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 4 selalu ranking satu. Kisah hidupnya yang penuh bullian sejak kanak-kanak, mengantarkan dia menggapai prestasi di sekolah. Sampai dibangku SLTA dia bertahan memperoleh peringkat terbaik.

Dibalik kesuksesan,  namun ada satu kelemahan pada dirinya dalam hal memenej waktu. Karena jarak sekolah SMEA cukup jauh membuatnya sering terlambat datang ke sekolah. Karena sering terlambat maka membuat rasa penasaran pak Edy guru yang paling disegani di sekolah. 

Untuk mengorek penyebab keterlambatan dia sehingga beliau mengundang di ruang khusus, mengapa hampir setiap hari terlambat, maka pak Edy memberi trick agar tidak terlambat lagi, dan juga dapat meningkatkan kedisiplinan. Orang hidup itu ada tatanan, sekolah juga punya aturan, dan disiplin itu mencerminkan kepribadian. Banyaknya tugas di rumah sebagai bakti kepada orang tua, dan jauhnya jarak ke sekolah bukan berarti boleh terlambat. Begitu tirck yang diberikan pak Edy padanya.

Sejak itu dia tak lagi datang terlambat ke sekolah, dan prestasinya terus melejit. Setiap ada ajang lomba, Luluk selalu tampil di depan sehingga mengharumkan nama sekolah. Menginjak kelas 3 SMK saat menjelang ujian akhir, dia telah dipinang seorang pria tetangga desa. Padahal dia punya cita-cita tinggi, ingin kuliah, tapi oleh orang tua menyuruh menikah dulu baru kuliah. 

Sebagai anak yang berbakti, meski dengan berat hati menikahlah dia begitu lulus SMK. Setelah menikah dia sampaikan keinginannya yang sempat tertunda yakni kuliah. Namun oleh suami tidak mengijinkan. Belajar tidak harus di bangku sekolah atau kuliah, tapi bisa dimana saja. Sebagai istri sholihah, maka menurutilah apa kata suami.

Buah dari kesabaran, ketekunan, kini seorang Luluk telah meraih sukses bisnisnya dan berkah dalam hidupnya. Beliau mendampingi suami dengan menjalankan berbagai bidang usaha baik konfensional maupun bisnis online. Beliau bertekat membangun jaringan untuk merebut kembali asset anak bangsa dari tangan asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun