Adanya banyak perubahan mengenai tren sosial dengan banyaknya faktor yang terjadi, akhirnya menimbulkan normalisasi yang semakin umum saat ini, terkait menikah di atas usia 30 tahun yang mulai menjadi pilihan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dan penelitian global, seperti di negara Jepang dan Korea, rata-rata usia menikah di sana, pria di usia (31-33 tahun) dan wanita di usia (29-31 tahun). Tidak hanya itu, ternyata pernikahan dengan usia 30 ke atas juga, terjadi di Indonesia, yang kian tahun mengalami peningkatan. Di mana, pada tahun 2023 yang didominasi oleh perempuan, sebanyak 12% pernikahan pertama kali di usia 30-34 tahun mengalami peningkatan (dari 10% di tahun 2020) dan laki-laki di 2023 mengalami peningkatan sebesar 28% pernikahan pertama kali di usia 30-34 tahun (naik dari 25% di tahun 2020).Â
Mengapa perubahan ini bisa terjadi? Tentunya, karena adanya banyak faktor yang menyebabkan tren sosial ini mulai menjadi normalisasi banyak orang, dan faktor-faktor itu terjadi secara umum yang disebabkan karena ada yang masih ingin fokus pada pendidikan dan karir, memiliki kesadaran finansial untuk ingin lebih stabil sebelum berkeluarga, dan ada banyaknya pergeseran terkait nilai dan prinsip bahwa sebuah pernikahan itu bukan lagi "kewajiban" tapi sebuah "pilihan." Nah, kenapa akhirnya banyak orang yang mulai menormalisasikan menikah di atas 30 tahun ini memilih untuk menunda sebuah pernikahan? Tentunya, karena ada banyak alasan yang masuk akal menurut mereka sehingga secara umum, realitanya hal-hal ini menjadi sebuah pertimbangan yang cukup serius untuk dipikirkan, berikut penjelasannya:
1. Kesiapan diri
Mereka yang memilih untuk menunda pernikahan itu lebih ingin memiliki kematangan secara emosional karena yang kita tahu bahwa dinamika sebuah rumah tangga itu akan sangat banyak sekali permasalahannya sehingga ketika memikirkan sebuah pernikahan itu dengan mengukur diri sendiri belum cukup siap, maka menjalani rumah tangga tentunya akan mengalami banyak kendala. Bahkan, tidak hanya itu, karena pilihan untuk menikah di atas 30 tahun juga didasari karena banyak orang mulai menyadari bahwa mereka harus menyelesaikan dan mencapai tujuan pribadi terlebih dahulu seperti masih ingin traveling, melanjutkan pendidikan S2, meningkatkan karir dan lainnya, untuk akhirnya bisa fokus dalam rumah tangganya.
2. Pola pikir modernÂ
Saat ini, banyak orang mulai menyadari bahwa pernikahan itu bukanlah satu-satunya tolong ukur dalam mencapai kebahagiaan, di mana seperti faktor kesiapan diri bahwa dalam penjelasan di atas, mereka yang memilih untuk menikah di atas 30 tahun juga merasa bahwa dengan mereka mencapai dan menuntaskan tujuan pribadi mereka itu juga adalah salah satu hal yang mereka anggap bahwa dengan hal-hal yang mereka jalani dan kerjakan saat itu, menjadi sebuah kesenangan dan kebahagiaan mereka tersendiri, sehingga secara modern pemikiran adanya tren sosial, menikah di atas 30 tahun itu menjadi hak personal masing-masing orang dan itu pilihan masing-masing orang untuk mengukur kebahagiaan itu bukan hanya dari pernikahan tapi dari hal-hal yang menurut mereka adalah kebahagiaan.Â
3. Faktor eksternalÂ
Menikah di atas 30 tahun juga terjadi karena banyak orang juga mengalami kesulitan dalam menemukan pasangan yang sevisi bahkan dengan adanya beragam platform digital saat ini, banyak orang yang menggunakan dating apps sebagai jalan untuk menemukan pasangan karena di kehidupan sehari-hari mereka tidak bisa bahkan kesulitan menemukan seseorang yang satu tujuan terhadap dirinya. Bahkan, tidak hanya itu, faktor eksternal lainnya yang terjadi karena banyak orang mulai berpikir bahwa menunda pernikahan hingga usia 30 tahun menjadi pilihan karena jika dipikir-pikir seperti yang kita tahu, biaya pernikahan dan kehidupan saat ini itu, sangatlah tinggi dan mahal, jadi alasan untuk siap secara finansial adalah bentuk tanggung jawab untuk bisa memperbaiki kehidupan sebelum menikah.
Sebenarnya, walaupun demikian, menikah di atas usia 30 tahun untuk laki-laki ataupun perempuan saat ini, tetaplah menjadi tekanan untuk setiap orang yang usianya mulai di atas 25 tahun ke atas, bahkan 30 tahun ke atas, dengan mulai ditanya-tanya terkait kapan menikah, yang justru menjadi pertanyaan yang sebenarnya bisa terdengar menyenangkan, namun justru lama kelamaan, jadi pertanyaan yang mengesalkan dan memuakkan bahkan hingga bisa membuat orang frustasi dan stres. Sebenarnya menurut saya, pertanyaan kapan nikah itu masih bisa kita sikapi secara bijak, walaupun tidak semua orang bisa mempertanyakan atau mengajak ngobrol tentang pasangan dan pernikahan itu dengan pembicaraan dan perbincangan yang menyenangkan.Â
Jadi, ketika teman-teman menemukan orang-orang yang bertanya terkait pasangan dan pernikahan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, maka cara menyikapinya adalah kamu bisa menjelaskan bahwa kamu memiliki jalan dan alur kehidupan sendiri, sehingga apa yang menurut orang "sudah waktunya" di usia 25 tahun ke atas, sudah harus menikah, maka kamu bisa menjawab itu dengan santai, dan apabila arahnya sudah di luar konteks, maka bisa menegaskan bahwa kamu sedang menikmati fase yang kamu jalani seperti ingin melanjutkan pendidikan S2, jalan-jalan ke luar negeri, ingin meningkatkan karir, ingin membeli barang ini dan itu dan lainnya atas tujuan pribadi.Â
Jelaskan bahwa kamu bahagia dengan apa yang kamu kerjakan dan jalani saat ini, sehingga walaupun tidak semua orang akan paham maka sebagai yang punya kehidupan, ketika ditanyai kapan menikah dan kapan punya pasangan itu ya, hak personal masing-masing kita. Jadi, bahkan ketika kita menemukan orang-orang yang membungkus candaan hal-hal seperti itu dengan lelucon dan bercandaan yang di luar konteks, kadang-kadang tidak perlu kita pikirkan terlalu jauh karena toh apa yang kita jalani dari kerjakan saat ini adalah sebuah kebahagiaan dan menikah itu menjadi pilihan masing-masing orang, bukan akhirnya menjadi tekanan untuk masing-masing orang ketika belum menikah.