Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lelaki yang Membenci Masa Lalu

27 Desember 2017   05:31 Diperbarui: 27 Desember 2017   07:50 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku berhasil memecahkan batu karang itu. Dan kami berjalan beriringan untuk melalui hari-hari milik kami. Riksa tidak lagi pemurung, tetapi soal pendiam, sebetulnya dia pendiam. Kalau tidak diajak bicara, dia tak berkata apa-apa. Lalu dia mengoreksi pendapatku bahwa dia seorang pemurung. Katanya bukan pemurung, tetapi diam untuk menahan beban masalah yang menghimpitnya. Aku nurut saja.

Dan Ayah juga mulai proporsional. Kalau kangen tak perlu Riksa datang, tetapi cukup berbicara dengan telepon. Lalu Riksa membelikan telepon seluler sederhana untuk Ayah. Ayah boleh menghubunginya kapan saja. 

Telepon itu tidak rumit, hanya bisa untuk menelpon, mengirim pesan, melihat jam, dan menyimpan nomor telepon. Riksa juga konsisten, setiap ada panggilan dari Ayah, akan langsung diangkat, biarpun hanya sekedar mengatakan sedang sibuk. Laki-laki yang berhati lembut itu, juga membelikan nomor telepon dari provider yang sama, jadi mereka bisa bicara apa saja dengan hemat.

Apakah aku telah menemukan seorang pengganti Harry? Ah, entahlah. Riksa tidak sama dengan Harry. Dari segi keuangan, Harry lebih mapan. Harry memiliki sejuta kata untuk membuatku nyaman. Sebaliknya Riksa, dia seringkali membuatku bertanya-tanya. 

Diam, membuatnya misterius. Kalau dipikir, lebih enak berhubungan dengan seorang yang pandai memperlakukan kita, daripada dengan orang yang harus kita olah untuk membuat sebuah keindahan suatu kencan.

Riksa seorang yang membenci masa lalu.

"Jangan berbicara mengenai masa lalu!"

Riksa setengah berteriak padaku, waktu aku tanya tentang seseorang di waktu kecil. Hanya sekali itu. Setelah itu aku tak pernah berkata apa-apa lagi soal masa lalu. Mungkin ada trauma masa kecil yang membuatnya begitu. Dan trauma itu jutru muncul dari seseorang yang paling berarti buat dirinya, yaitu ibunya. Di dunia ini, tak ada yang tahu apa yang terjadi antara Riksa dan ibunya. Riksa memendamnya dalam-dalam, di catatan hidupnya yang paling rahasia.

Bahkan sampai sekarang, aku tak berani menanyakan mengenai itu. Aku membiarkan lelakiku tenggelam dalam masa lalunya tanpa ingin mengusiknya sedikitpun. Itulah sisi misteriusnya yang kadang membuatku snewen, tetapi aku harus bertoleransi dan menghargai semua pilihannya dalam kehidupan. Seperti juga dia harus menghargaiku ketika aku harus memilih.

Riksa merasa cocok dengan diriku, Dan sebaliknya aku pun demikian. Sudah hampir setengah tahun kami bersama. Tibalah saat yang aku takutkan. Riksa menanyakan keseriusan hubungan ini. Aku terus menerus menghindar bila Riksa menanyakan apakah hubungan ini menginjak pada sesuatu yang serius.

Bila sudah sampai pada pemikiran itu, aku merasa paling tidak siap. Bukannya tidak menyukai kepribadian Riksa. Dia orang baik, lelaki yang membenci masa lalu, tetapi dia tumbuh dengan caranya sendiri. Hidup dengan caranya sendiri. Dia memiliki Ayah yang posesif dan saudara-saudara yang hidup sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun