Mohon tunggu...
Angga
Angga Mohon Tunggu... Content Writer

Seorang penulis yang suka dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Naik 7 Level Apapun Profesimu, Ini Skill Fundamental untuk Kuasai Seni Prompting

23 Oktober 2023   12:15 Diperbarui: 23 Oktober 2023   15:19 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menguasai seni prompting ibarat memiliki kunci ajaib untuk membuka dunia kecerdasan buatan, seperti ChatGPT ataupun MidJourney. Ini bukan cuma soal kemampuan teknis, melainkan seni merumuskan pertanyaan, perintah, atau instruksi demi mendapatkan hasil sesuai ekspektasi.

Saat menggunakan teknologi AI dalam pekerjaan, penguasaan seni prompting bisa memberi pengaruh besar pada hasil yang kamu dapatkan. Dengan keterampilan ini, kamu jadi punya kekuatan untuk membentuk interaksi yang lebih romantis dengan teknologi kecerdasan buatan, dan mendapatkan output yang tidak meninggalkan banyak PR editan.

1. Imajinasi dan Visualisasi Hasil

Bisa dibilang imajinasi adalah fondasi penting dari seni prompting. Sebelum kamu membuat pertanyaan atau menuliskan baris perintah prompt, kamu perlu menggambarkan hasil yang kamu harapkan di dalam kepalamu dulu.

Visualisasikan jawaban atau output ideal yang kamu harapkan. Pengetahuan dan pengalaman di bidang yang tengah kamu kerjakan tentu akan sangat membantu dalam proses ini. Ditambah dengan imajinasi yang terasah, merumuskan prompt yang tepat dan menghindari blunder akan jauh lebih mudah.

Ilustrasi | Freepik
Ilustrasi | Freepik

2. Mengekspresikan Ide ke Dalam Kata-Kata

Kemampuan untuk mengartikulasikan ide ke dalam format kata-kata yang jelas akan sangat membantu dalam merumuskan prompt. Perlu diingat, pertanyaan atau perintah yang samar atau ambigu bisa menghasilkan respons yang tidak memuaskan, bahkan melenceng dari bayangan awal. Namun jika kamu bisa mengekspresikan ide dengan baik, masalah seperti ini bisa saja dihindari.

Kemampuan mengartikulasikan ide ke dalam kata-kata bisa dikembangkan dengan melatih kemampuan berbicara dan mengutarakan ide atau gagasan kepada orang lain. Untuk itu, cobalah untuk lebih sering berdiskusi agar bisa mengomunikasikan ide dengan lebih efektif.

3. Berpikir Kritis

Ada saat-saat ketika respons AI tidak sesuai ekspektasi. Akan tetapi, justru di saat seperti inilah keterampilan berpikir kritis akan sangat membantu. Ini adalah momen di mana kamu perlu mengidentifikasi masalah, menggulir ulang pertanyaan, dan mengurai dengan cermat tanggapan yang diberikan oleh AI untuk mendapatkan output yang lebih baik.

Berpikir kritis tidak hanya tentang memahami apa yang terjadi, tapi juga kenapa itu bisa terjadi. Dengan berpikir kritis, kamu punya alat untuk mengeksplorasi dan memahami "pikiran" AI. Lebih jauh lagi, kamu bisa membuka peluang untuk merancang pertanyaan yang lebih tepat dan mengekstrak wawasan yang lebih mendalam.

4. Problem Solving

AI memang cerdas. Tapi perlu diingat, teknologi ini tidak bisa berpikir sendiri ataupun memecahkan masalah secara mandiri. Penggunalah yang harus mengisi peran tersebut dengan memberinya perintah yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun