Menguasai seni prompting ibarat memiliki kunci ajaib untuk membuka dunia kecerdasan buatan, seperti ChatGPT ataupun MidJourney. Ini bukan cuma soal kemampuan teknis, melainkan seni merumuskan pertanyaan, perintah, atau instruksi demi mendapatkan hasil sesuai ekspektasi.
Saat menggunakan teknologi AI dalam pekerjaan, penguasaan seni prompting bisa memberi pengaruh besar pada hasil yang kamu dapatkan. Dengan keterampilan ini, kamu jadi punya kekuatan untuk membentuk interaksi yang lebih romantis dengan teknologi kecerdasan buatan, dan mendapatkan output yang tidak meninggalkan banyak PR editan.
1. Imajinasi dan Visualisasi Hasil
Bisa dibilang imajinasi adalah fondasi penting dari seni prompting. Sebelum kamu membuat pertanyaan atau menuliskan baris perintah prompt, kamu perlu menggambarkan hasil yang kamu harapkan di dalam kepalamu dulu.
Visualisasikan jawaban atau output ideal yang kamu harapkan. Pengetahuan dan pengalaman di bidang yang tengah kamu kerjakan tentu akan sangat membantu dalam proses ini. Ditambah dengan imajinasi yang terasah, merumuskan prompt yang tepat dan menghindari blunder akan jauh lebih mudah.
2. Mengekspresikan Ide ke Dalam Kata-Kata
Kemampuan untuk mengartikulasikan ide ke dalam format kata-kata yang jelas akan sangat membantu dalam merumuskan prompt. Perlu diingat, pertanyaan atau perintah yang samar atau ambigu bisa menghasilkan respons yang tidak memuaskan, bahkan melenceng dari bayangan awal. Namun jika kamu bisa mengekspresikan ide dengan baik, masalah seperti ini bisa saja dihindari.
Kemampuan mengartikulasikan ide ke dalam kata-kata bisa dikembangkan dengan melatih kemampuan berbicara dan mengutarakan ide atau gagasan kepada orang lain. Untuk itu, cobalah untuk lebih sering berdiskusi agar bisa mengomunikasikan ide dengan lebih efektif.
3. Berpikir Kritis
Ada saat-saat ketika respons AI tidak sesuai ekspektasi. Akan tetapi, justru di saat seperti inilah keterampilan berpikir kritis akan sangat membantu. Ini adalah momen di mana kamu perlu mengidentifikasi masalah, menggulir ulang pertanyaan, dan mengurai dengan cermat tanggapan yang diberikan oleh AI untuk mendapatkan output yang lebih baik.
Berpikir kritis tidak hanya tentang memahami apa yang terjadi, tapi juga kenapa itu bisa terjadi. Dengan berpikir kritis, kamu punya alat untuk mengeksplorasi dan memahami "pikiran" AI. Lebih jauh lagi, kamu bisa membuka peluang untuk merancang pertanyaan yang lebih tepat dan mengekstrak wawasan yang lebih mendalam.
4. Problem Solving
AI memang cerdas. Tapi perlu diingat, teknologi ini tidak bisa berpikir sendiri ataupun memecahkan masalah secara mandiri. Penggunalah yang harus mengisi peran tersebut dengan memberinya perintah yang tepat.
Potensi AI akan berkembang berkali-kali lipat saat teknologi ini dipegang oleh seorang problem solver. Saat respons AI tidak sesuai dengan ekspektasi, kamu perlu mencari tahu di mana letak permasalahannya dan kenapa hasil yang diinginkan belum tercapai.
Sebagai contoh, ketika AI memberikan jawaban yang kurang relevan, pemahaman tentang akar masalah akan membantu kamu menyadari bahwa pertanyaan yang dirumuskan mungkin ambigu atau kurang spesifik. Kemampuan ini memungkinkan kamu untuk menganalisis masalah dengan lebih mendalam dan merancang pertanyaan atau perintah baru yang lebih tepat.
5. Kemampuan Bereksperimen
Ekspektasi pengguna soal AI seringkali terlalu tinggi. Inginnya langsung mendapatkan output bagus hanya dalam sekali percobaan. Namun kenyataannya, output AI masih terlalu random dan kasus di mana AI memberi hasil sesuai ekspektasi hanya dalam sekali coba sangat jarang terjadi. Kamu harus mau mencoba pendekatan yang berbeda, dan melakukan eksperimen untuk menemukan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan AI.
Misalnya, kamu bisa mencoba merumuskan pertanyaan dengan lebih spesifik atau menggunakan kata-kata tertentu untuk menghasilkan jawaban yang lebih relevan. Dalam beberapa kasus, mengganti perspektif atau menyusun pertanyaan dengan format yang berbeda bisa menjadi kunci untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
6. Kreativitas dan Kemampuan Berkonsep
AI memang punya potensi besar. Akan tetapi, untuk mendapatkan respons seperti yang diharapkan, seringkali kamu butuh lebih dari sekedar perintah sederhana. Kamu perlu sentuhan kreatif dan kemampuan untuk merancang konsep yang tepat untuk memandu AI menuju hasil yang diinginkan.
Pengguna yang kreatif punya kemampuan untuk melihat berbagai sudut pandang dan merumuskan pertanyaan dengan cara yang unik. Mereka bisa menemukan bahwa rangkaian kata-kata tertentu atau menggunakan bahasa yang lebih kreatif dapat menghasilkan jawaban yang lebih menarik dan kontekstual. Selain itu, kreativitas juga memungkinkan kamu untuk menciptakan pertanyaan yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, dan membantu AI menghasilkan output yang lebih segar.
Di sisi lain, kemampuan berkonsep memungkinkan kamu untuk merumuskan bagaimana cara berinteraksi yang lebih sistematis. Dengan merancang konsep yang jelas, kamu bisa menetapkan tujuan yang lebih spesifik dan merumuskan pertanyaan atau perintah dengan lebih terarah.
7. Pemahaman tentang Domain yang Dikerjakan
Orang yang tidak paham tentang pemrograman tentu akan sulit membuat program tertentu meski dengan bantuan AI. Begitu juga dengan menulis artikel terkait finansial. Tanpa pemahaman tentang dunia kepenulisan dan dunia finansial, menulis artikel finansial juga akan terasa sulit.
Pemahaman yang kuat tentang domain yang dikerjakan mampu mengoptimalkan interaksi dengan model AI dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketika kamu memiliki pemahaman yang kuat tentang domain yang dikerjakan, kamu bisa merancang pertanyaan atau perintah yang lebih terarah. Kamu juga dapat menyusun pertanyaan dengan bahasa yang lebih spesifik dan relevan agar respons yang diberikan AI lebih akurat.
Untuk menguasai sebuah skill, kamu butuh waktu untuk belajar, berlatih dan menggunakan kemampuan tersebut dalam situasi nyata. Menguasai seni prompting juga sama. Waktulah yang akan mengasah kemampuan tersebut. Karena itu, jangan terlalu terburu-buru, dan jalani saja prosesnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI