Menceritakan seputar perkawinan antara Theseus dan Hippolyta dengan latar belakang tempat di Athena, Yunani, William Shakespeare (1564-1616) menuliskan sebuah kisah komedi berjudul A Midsummer Night's Dream.
Sejak dipentaskan perdana pada 1 Januari 1605, A Midsummer Night's Dream menjadi salah satu hasil karya Shakespeare yang sering diangkat dalam berbagai format pertunjukan mulai dari film, panggung teater atau opera.
Tak lupa pula, musik hasil karya komposer Felix Mendelssohn (1809-1947) yaitu Wedding March in C major menjadi terkenal karena turut mengisi pementasan A Midsummer Night's Dream. Bahkan komposisi tersebut populer menjadi lagu wajib pengiring acara perkawinan.
Acara perkawinan mungkin menjadi salah satu momen yang ditunggu karena mempertemukan dan mempersatukan dua orang dari dua keluarga menjadi satu beriringan menjalani kehidupan. Namun bagaimana jadinya jika hal tersebut terjadi di ranah korporasi raksasa?
Isu inilah yang sedang ramai diberitakan di semesta perusahaan teknologi Indonesia, yaitu berita merger antara Gojek dan Tokopedia.
Layaknya perkawinan dari kalangan pesohor, merger kedua perusahaan ini disorot media dan ramai diperbincangkan.
Nama Gojek maupun Tokopedia merupakan pemain besar di bidang teknologi, maka jika merger kedua organisasi ini ternyata terwujud dan dipublikasikan, proses peleburan mereka laksana perkawinan dua raksasa.
Latar Belakang Gojek dan Tokopedia
Gojek adalah perintis layanan jasa transportasi berbasis teknologi di Indonesia. Sejak kehadirannya, bisnis Gojek terus berkembang, tidak hanya berkutat sebatas mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap transportasi angkutan beroda dua alias ojek, layanan Gojek meluas sampai jasa pengiriman makanan dan barang, belanja online hingga dompet elektronik bernama Gopay.
Menurut CBSInsight nilai valuasi Gojek mencapai US$ 10 Miliar, sebuah nilai fantastis bagi perusahaan yang baru sekitar 1 dekade lebih beroperasi. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan bisnis Gojek tergolong pesat dan diminati investor.
Hebatnya lagi Gojek sudah melakukan ekspansi di kawasan negara ASEAN, langkah ini terbilang berani dan terobosan yang patut diapresiasi. Vietnam dan Thailand merupakan negara ASEAN yang termasuk sebagai area operasional Gojek.
 Dan Tokopedia menjadi situs e-commerce yang paling banyak diakses di Indonesia pada tahun 2021, prestasi ini tentunya sangat luar biasa. Membuktikan kiprah Tokopedia sebagai perusahaan teknologi papan atas dengan pangsa pasar besar.
Kehadiran pesaing kuat, dinamika dan ketatnya iklim industri, membuat Gojek dan Tokopedia harus merumuskan bagaimana strategi tepat mempertahankan posisinya.
Sebagai perusahaan teknologi raksasa, sudah pasti mereka tidak ingin tersisih. Guna memperkuat sarana dan pendukung lainnya, merger menjadi pilihan.
Analisis Merger Dua Raksasa Perusahaan Teknologi
Sebelumnya, Gojek sempat didorong supaya melebur dengan Grab, tetapi hal itu malah tidak jadi direalisasikan. Model bisnis Gojek dan Grab mirip, pangsa pasar dan jaringan operasional keduanya juga besar.
Jika keduanya melebur, memang gabungan kedua perusahaan ini akan sangat kuat, namun dikhawatirkan memicu ketimpangan persaingan usaha di sektor industri tersebut.
Penguasaan pasar terlalu dominan oleh satu pihak dapat menimbulkan monopoli. Hal ini yang ditentang oleh banyak kalangan sekaligus menjadi keresahan bagi pelaku dunia usaha, khususnya di semesta perusahaan teknologi penyedia jasa angkutan dan layanan pengiriman barang.
Kesamaan nasib lainnya sudah disinggung menghadapi pesaing dan persaingan ketat, maka jika Gojek dan Tokopedia mengonsolidasikan kekuatan berikut sumber daya menjadi satu menghadapi kompetisi di ranah bisnis teknologi, mereka memilki kekuatan sangat besar. Menurut kabar beredar hasil merger keduanya akan memakai nama GoTo.
Modal
Gojek dan Tokopedia sebenarnya sudah mendapatkan suntikan dan besar dari para investor. Gemerlap perusahaan start up menarik minat para pemilik dana menaksir perusahaan semacam ini, dengan harapan menghasilkan keuntungan melimpah, walaupun pada kenyataannya banyak juga start up yang meredup pamornya (baca juga: Startup Disayang dan Bakar Uang).
Merger kedua raksasa ini sebagai GoTo, otomatis menambah kepemilikan modal semakin besar, sehingga lebih leluasa melangkah untuk menata organisasi dan strategi bisnis.
Pasca-merger, GoTo kabarnya bakal melakukan Initial Public Offering (IPO), tak tanggung-tanggung IPO dilakukan selain di Indonesia juga rencananya dirilis di bursa Amerika Serikat.
Tekanan transaksi tawar menawar terkait penyusunan organisasi dan penentuan model bisnis akan lebih merata jika GoTo dan para investornya sama-sama memegang modal sepadan. Tidak ada lagi pihak yang dianggap tertekan dan memaksakan kehendak.
Infrastruktur dan Jaringan Operasional
Gojek memiliki sekitar 2 juta mitra pengemudi berikut 900 ribu pebisnis level UMKM yang bergabung dalam jaringan operasionalnya. Lantas Tokopedia, bermodalkan 9,9 juta anggota pedagang sebagai pengguna yang memanfaatkan jaringan marketplace Tokopedia.
Jaringan operasional antara Gojek dan Tokopedia sudah sedemikian luas, kini seluruhnya akan diintegrasikan bersamaan ke satu platform. Ditambah lagi konsolidasi dari penggunanaan uang elektronik Gopay berikut saldo dana para pengguna aplikasi Tokopedia.
GoTo akan terdiri dari beberapa lini usaha berkapasitas besar, lini usaha perdagangan akan menggunakan jasa pengantaran dari armada operasional para mitra GoTo, kemudian transaksi pembayaran melalui sarana Bank Jago, kolaborasi antarlini usaha ini sangat fantastis, dan semuanya berlandaskan teknologi.
Inilah wujud perusahaan teknologi Indonesia yang beroperasi lintas sektoral. Gambaran nyata konsep konglomerasi berlandaskan teknologi hadir bersama jajaran konglomerasi tradisional lain yang sudah lebih dahulu eksis di Indonesia.
Efisiensi dan Efektif
Penggabungan kedua organisasi untuk mencapai satu kepentingan bersama memiliki keunggulan lain yaitu efisiensi. Kedua belah pihak masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, setelah bergabung setiap titik lemah dan titik kekuatan dapat saling ditutupi dan menghasilkan kekuatan baru.
Memaksimalkan kekuatan internal dalam menjalankan roda usaha merupakan modal penting, karena beban biaya operasional bisa lebih diperkecil.
Lagi pula penggunaan sumber daya internal adalah metode pengelolaan aset, karena hasil usaha dapat diraih dari aset sendiri. Singkatnya, operasional GoTo dapat dilakukan dengan efektif dan efisien dari sisi alokasi biaya.
Tantangan
Tantangan sudah pasti ada. Isu klasik dari proses merger adalah potensi timbulnya konflik internal. Peleburan dua perusahaan berbeda gaya dan budaya organisasi menjadi satu perlu proses reorganisasi. Struktur organisasi di setiap lini harus dikaji lagi, semua ditata ulang.
Jika hal ini tidak selesai dilakukan, dampak buruk yang terjadi sekaligus sebagai penghambat kemajuan perusahaan adalah masalah ego sektoral. Orang-orang bawaan dari setiap kubu sebelum merger masih berada dalam perspektif lama.
Pembenahan organisasi melalui rancangan visi dan misi yang baru serta implementasi budaya organisasi terkini adalah pekerjaan penting bagi manajemen GoTo kelak. Percuma modal dan jaringan mumpuni jika komunikasi dan cara kerja internal organisasi semrawut.
Tantangan yang muncul dari ekstenal juga harus diwaspadai, kekuatan Shopee, Grab dan grup usaha lain eksistensinya juga wajib dipantau. Shopee juga sudah memiliki lembaga keuangan, yaitu Sea Bank.
Lalu apa jadinya seandainya mereka juga melakukan proses serupa, yaitu merger?
Sudah tentu kehadiran konglomerasi teknologi lainnya menjadikan persaingan di sektor ini semakin sengit.
Dampak bagi Perekonomian dan UMKM
Kehadiran Gojek dan Tokopedia pada awalnya adalah mengakomodasi kepentingan pelaku usaha level mikro, kecil dan menengah dalam platform mereka. Pelaku UMKM disediakan sarana jaringan mempermudah kegiatan usaha.
Konteks poin ini berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi pelaku usaha yang belum bisa memasarkan jasa dan produknya melalui sarana teknologi milik sendiri. Platform jaringan dari Gojek dan Tokopedia adalah solusi.
Diharapkan lahirnya GoTo semakin menopang segmen UMKM untuk lebih berkembang lagi. Karena semua sudah sadar bahwa kontribusi UMKM terhadap ekonomi nasional sangat besar. Dan semoga GoTo datang membawa dampak positif bagi UMKM Indonesia.
Jaringan yang disediakan GoTo sepatutnya menjadi sarana bagi kemajuan UMKM. Alasannya pangsa pasar terbesar GoTo ada di Indonesia, anggota penggunanya didominasi masyarakat Indonesia, tidak alasan lagi jika kehadiran GoTo nantinya malah menekan UMKM. Mudah-mudahan UMKM dan kesejahteraan masyarakat Indonesia kelak semakin cerah.
***
Felix Mendelssohn menciptakan komposisi musik pengisi pentas A Midsummer Night's Dream di tahun 1842. Dan hasilnya adalah Wedding March. Selain menjadi lagu yang sering mengisi acara perkawinan, komposisi tersebut juga dipandang sebagai puncak karya Mendelssohn.
Lebih dari 1,5 abad nama Mendelssohn dikenal selaku komposer musik klasik, karya-karyanya banyak diabadikan dalam bentuk rekaman album musik. Di zaman serba canggih ini, tidak sulit jika berminat membeli musik karya Felix Mendelssohn. Semua dapat dicari melalui penggunaan internet.
Tinggal akses ke situs atau aplikasi e-commerce, pesan, bayar lalu album musik Felix Mendelssohn akan diantar layanan jasa pengiriman langsung ke rumah pemesan. Demikian mudah, cepat dan praktis. Itulah nikmatnya memanfaatkan jaringan e-commerce beserta layanan jasa pengantarannya. Jangan heran jika perusahaan seperti itu cepat berkembang.