Dawai sendiri bisa berbentuk terbuka (memiliki dua ujung) atau tertutup seperti cincin kecil. Mereka juga berinteraksi melalui objek lain yang lebih besar, disebut brane, yang bisa berdimensi lebih tinggi dari dawai itu sendiri. Brane ini diperkirakan bisa sebesar alam semesta kita, atau sekecil partikel subatom.
Antara Ilmu dan Filsafat: Makna yang Lebih Dalam
Di balik kerumitan persamaan matematisnya, teori dawai menawarkan pandangan filosofis yang sangat menarik tentang hakikat realitas. Dalam filsafat Jepang, ada konsep mujo, yaitu ketidakkekalan segala hal. Getaran dawai yang terus berubah mencerminkan prinsip ini, bahwa realitas tidaklah statis, melainkan selalu bergerak dan berubah.
Selain itu, teori ini mendukung pandangan bahwa yang paling mendasar dalam alam semesta bukanlah benda-benda itu sendiri, melainkan hubungan dan struktur matematis yang mengatur mereka. Ini dikenal dalam filsafat ilmu sebagai realisme struktural.
Dengan menyebutkan adanya dimensi yang tidak bisa kita lihat, teori dawai juga menyoroti keterbatasan indera manusia. Ini menggemakan pandangan dalam filsafat Timur bahwa apa yang kita lihat hanyalah permukaan, sedangkan realitas sejati tersembunyi di baliknya.
Lubang Hitam dan Fuzzball: Menjawab Misteri Kosmos
Teori dawai juga memberikan jawaban terhadap misteri terbesar dalam fisika modern, salah satunya adalah lubang hitam. Dalam relativitas umum, lubang hitam digambarkan memiliki titik singularitas, tempat di mana hukum fisika yang kita kenal berhenti berlaku. Tapi teori dawai mengganti gambaran ini dengan konsep fuzzball, yaitu bola dawai yang bergetar dengan sangat kompleks.
Fuzzball ini mampu menerangkan bagaimana informasi yang jatuh ke dalam lubang hitam tidak benar-benar hilang, melainkan tersimpan dalam getaran dawai. Hal ini menyelesaikan paradoks informasi lubang hitam, yang sudah bertahun-tahun membuat pusing para ilmuwan.
Multiverse: Alam Semesta yang Tak Terhitung Jumlahnya
Salah satu implikasi paling menakjubkan dari teori dawai adalah kemungkinan adanya multiverse, yaitu banyak alam semesta dengan hukum fisika yang berbeda-beda. Menurut teori ini, cara dimensi tambahan menggulung dapat menimbulkan banyak sekali kemungkinan, masing-masing menciptakan semesta yang unik.
Ini memunculkan pertanyaan eksistensial: Jika ada banyak alam semesta dengan berbagai versi diri kita, apa arti dari identitas kita? Apakah pilihan kita masih bermakna jika semua kemungkinan telah terjadi di semesta lain?Â
Beberapa ilmuwan memakai prinsip antropik untuk menjawabnya, yaitu bahwa kita ada di alam semesta karena hanya di tempat ini kondisi kehidupan memungkinkan, bukan karena alasan khusus lainnya.
Dua Sudut Pandang: Relativitas dan Dawai
Ketika ilmuwan mencoba memahami alam semesta, mereka menemukan bahwa dunia ini bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda namun saling melengkapi: teori relativitas umum dan teori dawai. Teori relativitas umum, yang dikembangkan oleh Albert Einstein, fokus pada gambaran besar alam semesta.Â
Teori ini menjelaskan bagaimana gravitasi mempengaruhi gerakan planet, bintang, dan galaksi. Relativitas menggambarkan ruang dan waktu sebagai sesuatu yang bisa melengkung karena pengaruh massa dan energi benda-benda besar.