Salah satu pemicu utama berdirinya Desa Umoja adalah meningkatnya kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh tentara Inggris terhadap perempuan Samburu di dekat pangkalan militer mereka. Selain itu, perempuan di komunitas Samburu sering mengalami pernikahan paksa pada usia yang sangat muda serta praktik FGM yang membahayakan kesehatan mereka.Â
Ketidakadilan ini mendorong perempuan untuk mencari tempat di mana mereka bisa hidup bebas dan aman.
Praktik pernikahan paksa dan mutilasi genital perempuan adalah tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad di suku Samburu. Perempuan tidak memiliki suara dalam menentukan jalan hidup mereka sendiri, sering kali diperlakukan sebagai properti yang bisa dinikahkan kapan saja oleh keluarga mereka.Â
Oleh karena itu, Desa Umoja bukan hanya tempat tinggal bagi perempuan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap sistem yang telah lama merugikan mereka.
Praktik Adat yang Mendiskreditkan Perempuan
Mutilasi Genital Perempuan (FGM)
FGM adalah praktik yang masih banyak dilakukan di komunitas Samburu. Perempuan yang mengalami FGM sering kali mengalami komplikasi kesehatan, seperti infeksi, rasa sakit yang berkepanjangan, dan risiko kematian saat melahirkan. Praktik ini dianggap sebagai bagian dari transisi menuju kedewasaan, tetapi sebenarnya membahayakan kesehatan dan kesejahteraan perempuan.
Praktik ini juga memiliki dampak psikologis yang mendalam. Banyak perempuan yang mengalami trauma akibat prosedur ini dan merasa kehilangan kendali atas tubuh mereka sendiri. Upaya untuk mengakhiri FGM terus dilakukan oleh aktivis hak perempuan, tetapi perubahan budaya membutuhkan waktu dan kesadaran yang luas.
Pernikahan Anak
Perempuan Samburu sering kali dipaksa menikah pada usia yang masih sangat muda, bahkan sebelum mereka mencapai usia remaja. Banyak dari mereka dinikahkan dengan pria yang jauh lebih tua, sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan hidup mandiri.Â
Pernikahan anak juga sering kali terjadi bersamaan dengan FGM, di mana perempuan dipotong sebelum hari pernikahan mereka sebagai bentuk "persiapan" untuk menjadi istri.
Pernikahan anak membawa dampak besar pada kehidupan perempuan, termasuk meningkatnya risiko kekerasan dalam rumah tangga, kehamilan dini yang berisiko tinggi, dan hilangnya peluang untuk berkembang secara pribadi maupun ekonomi. Dengan adanya desa seperti Umoja, perempuan diberikan kesempatan untuk menghindari nasib ini dan membangun kehidupan mereka sendiri.