Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulas Sejarah Ajaran Zen: Kisah Bodhidharma di Tiongkok hingga Obaku di Jepang

24 Januari 2024   07:01 Diperbarui: 24 Januari 2024   09:06 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dongshan menjadi seorang guru Chan yang sangat dihormati dan dihormati. Ia mendirikan aliran Caodong, salah satu aliran Chan utama yang kemudian menjadi Soto Zen di Jepang. Ia menciptakan sistem "lima tingkatan" (wujia), yaitu lima cara untuk memahami hubungan antara kekosongan dan bentuk, atau antara absolut dan relatif. Lima Tingkatan tersebut adalah:

- Tingkat pertama: kekosongan dalam bentuk (xuwei). Ini adalah cara untuk melihat bahwa semua fenomena bersifat kosong dari esensi tetap atau substansi inheren.

- Tingkat kedua: bentuk dalam kekosongan (weixu). Ini adalah cara untuk melihat bahwa semua fenomena memiliki bentuk yang berbeda-beda berdasarkan ketergantungan sebab-akibat.

- Tingkat ketiga: kekosongan yang sama dengan bentuk (xuwei). Ini adalah cara untuk melihat bahwa kekosongan dan bentuk tidak terpisah, tetapi merupakan dua aspek dari hakikat Buddha yang sama.

- Tingkat keempat: bentuk yang sama dengan kekosongan (weixu). Ini adalah cara untuk melihat bahwa hakikat Buddha dapat diekspresikan dalam segala bentuk, tanpa terikat oleh konsep atau dualitas.

- Tingkat kelima: kedamaian dan harmoni (zhongdao). Ini adalah cara untuk melihat bahwa semua fenomena adalah ekspresi dari hakikat Buddha yang damai dan harmonis, dan tidak ada konflik atau pertentangan.


Dongshan memiliki banyak murid yang belajar ajaran Chan darinya. Beberapa muridnya adalah Caoshan Benji, Yunju Daoying, Tong'an Daopi, dan Tong'an Guanzhi, yang kemudian membentuk aliran-aliran Chan yang berbeda.

Dongshan meninggal pada usia 63 tahun di Gunung Dongshan di provinsi Jiangxi. Ia dikuburkan oleh murid-muridnya di sebuah gua. Sebelum meninggal, ia memberikan jubah dan mangkuk Bodhidharma kepada Caoshan Benji sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

Ajaran Zen di Jepang: Dari Eisai hingga Obaku

Ajaran Zen pertama kali dibawa ke Jepang pada abad ke-12 oleh Myoan Eisai, seorang biksu Jepang yang belajar di Tiongkok. Ia juga dikenal sebagai pendiri aliran Rinzai, salah satu dari tiga aliran utama Zen di Jepang. Ia mengajarkan bahwa meditasi dan penerapan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari adalah cara untuk mencapai pencerahan.

Ajaran Zen kemudian berkembang menjadi tiga aliran utama di Jepang, yaitu Rinzai, Soto, dan Obaku. Aliran Rinzai menekankan pada penggunaan koan, yaitu pertanyaan-pertanyaan paradoks yang digunakan untuk memecahkan pikiran rasional dan membangkitkan intuisi. Aliran Soto menekankan pada praktik shikantaza, yaitu meditasi tanpa objek atau tujuan, hanya duduk dengan penuh kesadaran. Aliran Obaku adalah aliran terakhir yang muncul di Jepang, yang merupakan campuran dari ajaran Chan Tiongkok dan ajaran Buddha murni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun