Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulas Sejarah Ajaran Zen: Kisah Bodhidharma di Tiongkok hingga Obaku di Jepang

24 Januari 2024   07:01 Diperbarui: 24 Januari 2024   09:06 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mazu lahir di provinsi Sichuan dari keluarga petani. Ia menjadi seorang biksu Buddha pada usia 13 tahun dan belajar banyak kitab suci Buddha. Ia bertemu dengan Huineng pada usia 20 tahun dan menjadi muridnya. Ia belajar ajaran Chan dari Huineng dan menerima jubah dan mangkuk Bodhidharma sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

Mazu menjadi seorang guru Chan yang sangat populer dan berpengaruh. Ia mendirikan aliran Hongzhou, salah satu aliran Chan utama pada masa Dinasti Tang. Ia menggunakan metode pengajaran yang tidak konvensional, seperti teriakan, tamparan, atau tongkat, untuk memecahkan pikiran rasional dan membangkitkan intuisi murid-muridnya. Ia juga mengajarkan doktrin "pikiran bawaan" (zixing), yang menyatakan bahwa semua makhluk memiliki hakikat Buddha sejak awal, dan tidak perlu mencari atau mempraktikkannya.

Mazu memiliki banyak murid yang belajar ajaran Chan darinya. Beberapa muridnya adalah Linji Yixuan, Baizhang Huaihai, Nanquan Puyuan, Zhaozhou Congshen, dan Huangbo Xiyun, yang kemudian membentuk aliran-aliran Chan yang berbeda.

Linji Yixuan: Pendiri Aliran Linji dan Guru dari Banyak Biksu Terkenal

Linji Yixuan (810–866 M) adalah murid Mazu Daoyi dan pendiri aliran Linji, salah satu aliran Chan utama yang kemudian menjadi Rinzai Zen di Jepang. Ia dikenal karena menggunakan metode pengajaran yang keras dan provokatif, seperti teriakan, tamparan, atau tongkat. Ia juga dikenal karena mengajarkan doktrin "tiga misteri" (sanxuan), yaitu misteri esensi, misteri fungsi, dan misteri non-dualitas.

Linji lahir di provinsi Hebei dari keluarga petani. Ia menjadi seorang biksu Buddha pada usia 20 tahun dan belajar banyak kitab suci Buddha. Ia bertemu dengan Mazu Daoyi pada usia 28 tahun dan menjadi muridnya. Ia belajar ajaran Chan dari Mazu Daoyi dan menerima jubah dan mangkuk Bodhidharma sebagai tanda penerusan ajaran Chan.


Linji menjadi seorang guru Chan yang sangat populer dan berpengaruh. Ia mendirikan aliran Linji, salah satu aliran Chan utama yang kemudian menjadi Rinzai Zen di Jepang. Ia menggunakan metode pengajaran yang keras dan provokatif, seperti teriakan, tamparan, atau tongkat, untuk memecahkan pikiran rasional dan membangkitkan intuisi murid-muridnya. Ia juga mengajarkan doktrin "tiga misteri" (sanxuan), yaitu misteri esensi, misteri fungsi, dan misteri non-dualitas. Misteri esensi adalah hakikat Buddha yang melekat dalam diri semua makhluk. Misteri fungsi adalah ekspresi dari hakikat Buddha dalam segala situasi. Misteri non-dualitas adalah kesadaran bahwa hakikat Buddha dan ekspresinya tidak terpisah.

Linji memiliki banyak murid yang belajar ajaran Chan darinya. Beberapa muridnya adalah Xinghua Cunjiang, Deshan Xuanjian, Guishan Lingyou, dan Huangbo Xiyun, yang kemudian membentuk aliran-aliran Chan yang berbeda. Linji meninggal pada usia 57 tahun di Gunung Linji di provinsi Hebei. Ia dikuburkan oleh murid-muridnya di sebuah gua. Sebelum meninggal, ia memberikan jubah dan mangkuk Bodhidharma kepada Xinghua Cunjiang sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

Dongshan Liangjie: Pendiri Aliran Caodong dan Guru dari Banyak Biksu Terkenal

Dongshan Liangjie (807–869 M) adalah murid Yunyan Tansheng dan pendiri aliran Caodong, salah satu aliran Chan utama yang kemudian menjadi Soto Zen di Jepang. Ia dikenal karena menciptakan sistem "lima peringkat" (wujia), yaitu lima cara untuk memahami hubungan antara kekosongan dan bentuk, atau antara absolut dan relatif.

Dongshan lahir di provinsi Hunan dari keluarga bangsawan. Ia menjadi seorang biksu Buddha pada usia 12 tahun dan belajar banyak kitab suci Buddha. Ia bertemu dengan Yunyan Tansheng pada usia 39 tahun dan menjadi muridnya. Ia belajar ajaran Chan dari Yunyan Tansheng dan menerima jubah dan mangkuk Bodhidharma sebagai tanda penerusan ajaran Chan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun