Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Rindu] Malam Jatuh di Kaki Rembulan

7 September 2016   09:14 Diperbarui: 7 September 2016   13:52 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kumpulanfiksi.wordpress.com

Setiap malam di sebuah telaga di tengah hutan terdengar tangisan seorang gadis. Ratapannya begitu lirih, menyayat perasaan siapapun yang mendengarnya. Membuat malam-malam semakin dingin dan telaga hampir membeku karenanya.

Gadis itu baru saja ditinggal kekasihnya. Orang yang dicintainya itu pergi tepat satu hari sebelum tanggal pernikahan mereka. Menuju medan perang untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang pejuang. Pada gadis itu kekasihnya telah berjanji akan segera kembali untuk memberinya sebuah ikatan di jari manis. Namun sayang hal itu tak pernah terjadi.

Sang gadis sempat memohon agar ia tetap tinggal. Namun pemuda itu bersikeras dengan meyakinkan hatinya. Ia meminta gadis itu menunggunya di telaga tempat pertama kali mereka bertemu. Gadis itu menuruti kata-kata kekasihnya. Lagipula selama ini kekasihnya itu tidak pernah berbohong pada dirinya.   

Setiap malam setelah kepergian kekasihnya, ia selalu pergi ke telaga itu. Ia terlihat anggun mengenakan gaun pengantin yang telah lama ia persiapkan. Mereka berencana menikah di bawah sinar rembulan yang selama ini menjadi saksi perjalanan cinta mereka.

Malam pertama ia menunggu kekasihnya tak juga muncul. Kemudian ia kembali pulang ke rumah. Esok ia akan datang lagi katanya dalam hati. Malam berikutnya pemuda itu juga ternyata tidak datang. Hingga malam-malam dimana rembulan benar-benar telah menghilang.  

Ia mulai menangis. Kekasihnya tak menepati janji. Gaun pengantinnya kini telah basah oleh airmata. Malam menjadi begitu diam. Ia tak tega menyaksikan kesedihan gadis itu. Ingin sekali malam menghiburnya. Mengobati kerinduannya pada sang kekasih. Namun sayangnya purnama telah berlalu.

Malam kemudian jatuh bersimpuh di kaki rembulan. Memintanya untuk menghadirkan kembali purnama di atas telaga itu. Namun sayangnya ia menolak. Rembulan berkata bahwa purnama telah pergi. Malam tak bisa berbuat apa-apa.

---

Gadis itu masih menangis. Malam tak mampu menahan kepedihannya. Lalu di atas permukaan telaga yang tenang itu, tiba-tiba seberkas cahaya supermoon datang memantulkan wajah kekasihnya.

“Nirmala, maafkan aku!”  

---o0o---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun