Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Sad November Rain

1 November 2019   11:17 Diperbarui: 1 Mei 2020   06:44 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah lagu terdengar malam ini. Aku duduk di sebuah warung kopi kecil di terminal taksi kecil antar provinsi yang ada dipusat kota medan. November Rain salah satu lagu yang paling fenomenal ditahun 90an.

Segelas kopi menemaniku menatap hujan deras di akhir Oktober. Sekilas kuingat kisah tepat satu tahun yang lalu. Ketika aku alami kekalahan yang sangat telak.

Di ibukota kuberjuang mengejar mimpiku. Ntah apa yang kupikirkan saat itu. Membaca sebuah SMS dari wanita yang sangat kukasihi yang mengatakan akan mengakhiri hubungan kami jika aku kalah. Pukul 6 aku harus ujian tapi sampai pukul 3 pagi mataku tak terpejam.

Sebuah ancamankah? Jauh dihatiku katakan aku harus menang. Takut kehilangan orang yang kukasihi lebih dari 5 tahun. Aku coba memahaminya karena mungkin itu tekanan dari orang tuanya yang memberi syarat yang sangat berat harus menjadi aparat negara.

Sebenarnya aku pun paham jika dia telah bermain dibelakangku dengan juniorku  yang telah berstatus seperti apa yang diharapkan orang tuanya. Tapi aku terus berpura-pura tidak tahu, walau aku sendiri telah membaca pesan wa mereka yang memang pernah kubajak melalui webswhatsap.

Aku pura-pura tidak tahu untuk memenuhi janjiku tidak akan pernah akhiri hubungan ini hingga dia yang mengakhirinya. Aku tak pernah tunjukkan tekanan dan sakit hati yang kurasakan . Impian memiliki hubungan seperti Habibie dan Ainun yang menjadi citacita kami masih coba kupertahankan.

Hingga akhirnya aku pun berangkat ujian dengan rasa kantuk yang sangat berat. Dan bisa ditebak aku kalah dengan sangat tipis. Persiapanku dengan simulasi-simulasi yang kulakukan tidak terjawab dihari H. Kukirim pesan dengan hati yang sangat hancur. Berakhir sudah pikirku.

Tiga hari kucoba hapus semua kesedihanku. Perpustakaan Nasional tempatku alihkan kekecewaanku. Kota Tua menjadi saksi kesedihan hatiku dimalam hari. Ya.. kota Tua adalah tempat paling berkesan bagi kami berdua. Anggrek adalah bunga yang paling kusuka dan dia paham aku menganggumi anggrek karena sering mengajaknya ke kebun raya bogor untuk melihat anggrek.

Dia kuliah di sebuah universitas ternama di kota bogor. Hal itu yang membuatku dulu sering ambil cuti dan pergi ke kota hujan tersebut.

Sudahlah pikirku. Aku tak perlu kembali lagi kekota kelahiranku. Toh tidak ada lagi yang harus kuperjuangkan. Mungkin aku harus kembali ke pasion awalku yang telah kutinggalkan karena mengejar romansa kehidupan.

Ternyata Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Tiket kepulanganku  ternyata sudah ada dikamarku. Aku harus pulang kekotaku. Tiga hari tampa komunikasi dan aku sudah pasrah, wa nya yang kubajak pun kuhapus di ponsel keduaku. Aku cukup tahu jika dijelekkannya dikeluarganya ataupun selingkuhannya dan aku pun sebenarnya tidak tahan lagi menahan kecewa. Melupakannya adalah cara terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun