Suara syi'iran Gus Dur sudah terdengar dari masjid-masjid di sekitar kampus. Imam pun segera keluar meninggalkan Doni di sana dan menuju ke parkiran motor. Dilihatnya dari kejauhan ada sekumpulan mahasiswa yang jadi panitia seminar tersebut. Imam tampak memperhatikan dari jauh. Ya, di situ ada Ayu juga, perempuan yang ditemui Imam sebelumnya.
Dihalaman masjid kampus, mereka terlihat sedang melakukan rapat evaluasi. Belum sempat menghidupkan motor, Imam berubah pikiran. Ia kemudian memakirkan lagi motornya dan menuju masjid untuk menunggu azan magrib. Selang beberapa menit, azan magrib berkumandang. Ia pun segera mengambil air wudhu. Setelah selesai wudhu, Imam berpapasan dengan Ayu, ia tampak malu berpapasan dengan Imam.
Imam semakin penasaran dengan sosok Ayu.
Ia segera menuju shaf sholat, tak berselang lama, iqomah berkumandang. Imam ada di shaf paling depan. "Kata pak ustadz, sebaik-sebaiknya laki-laki ada di shaf depan" renung Imam saat akan takbir.
Imam sangat penasaran dengan sosok Ayu, ia ingin sekali mengenalnya, namun bingung kepada siapa ia bertanya. Sambil menunggu waktu isya, Imam gunakan untuk membaca Alquran. Ia membaca Alquran dan sedikit membayangkan Ayu bersamanya. Setelah sholat isya, ia segera beres-beres dan pulang.
Dirumah ia terus memikirkan Ayu. Tidur kepikiran Ayu, makan kepikiran Ayu, sholatpun masih kepikiran Ayu.
Kisah asmara Imam sendiri selama ini sangat tragis, karena setiap ia suka pada perempuan, ia pasti menerima penolakan, karena dia terlalu polos, terlalu alim, terlalu sederhana, dan lain-lain. Tidak salah, dimata teman-temannya, Imam dianggap lelaki yang berpenampilan apa adanya.
Ia tidak masalah dengan itu, karena ia tau kalau setiap orang punya tipe mereka masing-masing.
Ia sendiri sekarang sedang menghadapi semester akhir, skripsi, magang dan kkn, meski begitu, Imam tetap tenang dan berjalan pelan-pelan menyelesaikan tugas demi tugasnya.
Sesaat akan tidur, ia teringat kembali pada Ayu. Imam berusaha mencari media sosial instagram, facebook dan whatsaapp milik perempuan tersebut. Namun ia gagal dalam pencariannya. Imam tidak menyerah begitu saja, ia bertekad untuk menemuinya langsung esok harinya di kampusnya berkuliah.
Pagi pun tiba, Imam segera siap-siap untuk menuju kampus tempat Ayu berada, ia berangkat jam 7 pagi, karena kampus mulai dibuka pukul 8. Imam tampak antusias ingin menemui perempuan yang ingin ia kenal. Setiap hari Imam selalu menuju kampus Ayu berkuliah, melihat Ayu dari kejauhan, saat ia makan dikantin, sholat di masjid dan lain-lain. Imam masih cukup cemen untuk mendekati Ayu, dia masih malu dan belum siap. Pokoknya semua karena Ayu, itu yang dipikirkan Imam.
Sampai pada suatu hari, seperti biasa Imam  sampai di kampus. Ia segera memarkir motornya dan menunju Fakultas Ekonomi Bisnis. Baru sampai pintu masuk fakultas, ia melihat Ayu sedang makan bersama seorang cowok. Mukanya yang tadi penuh senyum sekarang tampak sedih, tidak terasa, Imam meneteskan air matanya, ia pun galau. Imam akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertemu Ayu, seakan apa yang dilihatnya tadi adalah akhir dari segalanya.
Imam pun pergi berlalu menuju halaman masjid, ia disana terduduk diam.
"Ya Allah, jahat bener, hamba cuma ingin dekat Ayu, kenapa jadinya begini", sesal Imam.
Ia pun menyesali perbuatannya yang terlalu berharap pada sosok Ayu, ia sadar bahwa Tuhanlah tempat ia berharap. Meskipun begitu, Imam masih memikirkan Ayu. Dalam kesendiriannya, ia melihat Doni, kenalan barunya  saat seminar, ia tampak sedang bermain handphone.