Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Harapan | 01

15 Juli 2021   21:00 Diperbarui: 16 Juli 2021   20:32 248 4
Kota Surabaya tidak seperti biasanya, cuaca tampak mamang, udara terasa begitu sejuk. Hari itu, Imam hendak mengikuti seminar di salah satu kampus di Kota Surabaya. Ia mendapat info seminar dari story whattsapp teman SMA nya. Sebetulnya Imam tidak begitu senang mengikuti seminar macam ini, namun karena tuntutan kampus, ia harus memiliki setidaknya 3 sertifikat seminar untuk kelulusan.

Imam berangkat dari rumah  jam 2 siang dengan motor buntutnya. Ia menempuh 30 menit untuk sampai di Surabaya. Ia tau kalau waktu tunggunya masih lama, sebab seminar sendiri dimulai jam setengah 5 sore. Ia pun menyempatkan berkeliling Kota Surabaya dulu, sepanjang perjalanan, ia singgah dimasjid dan warung-warung di pinggir jalan. Imam merupakan seorang yang senang melihat keramaian kota.

"Enak eee, delok rame-ramene Suroboyo, dikancani kopi karo roti", batin Imam. Jalan raya tampak penuh dengan kendaraan, sebab sudah waktunya jam pulang kerja. Kemacetan sudah bukan rahasia umum, terutama perempatan Jagir, palang pintu kereta Wonokromo, dan jalanan akan ke Wiyung.

Tidak terasa, jam sudah menunjukan 4 sore. Imam segera menuju kampus tempatnya seminar. Ia lihat kemacetan dimana-mana, ia pun mencari jalan tikus. Imam sendiri sudah familiar dengan jalan-jalan di Surabaya, menemukan jalan alternatif mudah baginya.

Imam pun tiba di kampus tujuannya 15 menit sebelum acara dimulai. Ia segera memarkir motornya dan mencari ruangan tempat acara. Setelah mencari kesana kemari, ia pun menemukannya, sejenak dia berdiri di pintu masuk memandangi keadaan sekitarnya, tampak sudah ada beberapa peserta yang telah mengisi tempat duduk.

Sebelum itu, para peserta diwajibkan mengisi data diri pada panitia yang duduk didekat pintu. Dilihatnya ada seorang perempuan berkacamata dengan perawakan kurus sedang duduk di meja panitia. Untuk sesaat, Imam melamun melihat perempuan tersebut, ia pun segera melangkah dengan semangat mendatangi salah satu perempuan yang menjadi panitia seminar.

"Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya perempuan tersebut.
"O iya mbak, ini ngisi formulirnya gimana ya?" tanya Imam.
"Mas nya isi nama, tempat tinggal dan asal kampus" jawabnya.

Setelah mengisi formulir, Imam kembali bertanya pada perempuan itu.
"Nama mbak siapa?" tanya Imam.
"Ayu" jawabnya.
"Oala, ayu, aku tau kok mbaknya memang ayu"jawab Imam sambil tersenyum.
"Haa, maksudnya mas?" ia tampak heran.
"Nggak, nggak papa mbak" Imam sedikit grogi.

Setelah berbincang, ia segera mencari tempat duduk. Tepat pukul 16.30 / setengah 5 sore acara seminar dimulai. Tampak para perserta dan Imam menyimak penjelasan dari pemateri seminar, 30 menit berlalu, para peserta mulai agak bosan, ada yang ngobrol sendiri, bermain hp dan coret-coret buku, sementara itu Imam tampak duduk dengan ekspresi malas sambil menyangga dagunya. Sambil menyimak seminar, ia pun sesekali melihat Ayu. Satu jam kemudian, tepat jam 5 sore acara seminar pun selesai. Semua peserta segera meninggalkan ruangan, namun Imam tidak beranjak dari tempat duduknya.

Iya memandangi jendela dengan tatapan kosong.
"Mas, mas nya nggak pulang?" tegur salah satu panitia.
"O iya mas, makasi udah di ingetin"jawab Imam
"Nggak baik mas ngelamun, ini mau magrib, nanti bisa kesurupan heheh"tegur panitia itu sambil tertawa.
"Iya mas, insyaallah nggak papa mas, mas nya namanya siapa ya?"tanya Imam.
"Nama saya Doni mas", sambil mengulurkan tangan.
"Nama saya Imam mas", jawabnya.
"Ooo, mas Imam, salam kenal mas", timpal Doni.


Suara syi'iran Gus Dur sudah terdengar dari masjid-masjid di sekitar kampus. Imam pun segera keluar meninggalkan Doni di sana dan menuju ke parkiran motor. Dilihatnya dari kejauhan ada sekumpulan mahasiswa yang jadi panitia seminar tersebut. Imam tampak memperhatikan dari jauh. Ya, di situ ada Ayu juga, perempuan yang ditemui Imam sebelumnya.

Dihalaman masjid kampus, mereka terlihat sedang melakukan rapat evaluasi. Belum sempat menghidupkan motor, Imam berubah pikiran. Ia kemudian memakirkan lagi motornya dan menuju masjid untuk menunggu azan magrib. Selang beberapa menit, azan magrib berkumandang. Ia pun segera mengambil air wudhu. Setelah selesai wudhu, Imam berpapasan dengan Ayu, ia tampak malu berpapasan dengan Imam.

Imam semakin penasaran dengan sosok Ayu.
Ia segera menuju shaf sholat, tak berselang lama, iqomah berkumandang. Imam ada di shaf paling depan. "Kata pak ustadz, sebaik-sebaiknya laki-laki ada di shaf depan" renung Imam saat akan takbir.

Imam sangat penasaran dengan sosok Ayu, ia ingin sekali mengenalnya, namun bingung kepada siapa ia bertanya. Sambil menunggu waktu isya, Imam gunakan untuk membaca Alquran. Ia membaca Alquran dan sedikit membayangkan Ayu bersamanya. Setelah sholat isya, ia segera beres-beres dan pulang.

Dirumah ia terus memikirkan Ayu. Tidur kepikiran Ayu, makan kepikiran Ayu, sholatpun masih kepikiran Ayu.
Kisah asmara Imam sendiri selama ini sangat tragis, karena setiap ia suka pada perempuan, ia pasti menerima penolakan, karena dia terlalu polos, terlalu alim, terlalu sederhana, dan lain-lain. Tidak salah, dimata teman-temannya, Imam dianggap lelaki yang berpenampilan apa adanya.
Ia tidak masalah dengan itu, karena ia tau kalau setiap orang punya tipe mereka masing-masing.

Ia sendiri sekarang sedang menghadapi semester akhir, skripsi, magang dan kkn, meski begitu, Imam tetap tenang dan berjalan pelan-pelan menyelesaikan tugas demi tugasnya.

Sesaat akan tidur, ia teringat kembali pada Ayu. Imam berusaha mencari media sosial instagram, facebook dan whatsaapp milik perempuan tersebut. Namun ia gagal dalam pencariannya. Imam tidak menyerah begitu saja, ia bertekad untuk menemuinya langsung esok harinya di kampusnya berkuliah.

Pagi pun tiba, Imam segera siap-siap untuk menuju kampus tempat Ayu berada, ia berangkat jam 7 pagi, karena kampus mulai dibuka pukul 8. Imam tampak antusias ingin menemui perempuan yang ingin ia kenal. Setiap hari Imam selalu menuju kampus Ayu berkuliah, melihat Ayu dari kejauhan, saat ia makan dikantin, sholat di masjid dan lain-lain. Imam masih cukup cemen untuk mendekati Ayu, dia masih malu dan belum siap. Pokoknya semua karena Ayu, itu yang dipikirkan Imam.

Sampai pada suatu hari, seperti biasa Imam  sampai di kampus. Ia segera memarkir motornya dan menunju Fakultas Ekonomi Bisnis. Baru sampai pintu masuk fakultas, ia melihat Ayu sedang makan bersama seorang cowok. Mukanya yang tadi penuh senyum sekarang tampak sedih, tidak terasa, Imam meneteskan air matanya, ia pun galau. Imam akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertemu Ayu, seakan apa yang dilihatnya tadi adalah akhir dari segalanya.

Imam pun pergi berlalu menuju halaman masjid, ia disana terduduk diam.
"Ya Allah, jahat bener, hamba cuma ingin dekat Ayu, kenapa jadinya begini", sesal Imam.

Ia pun menyesali perbuatannya yang terlalu berharap pada sosok Ayu, ia sadar bahwa Tuhanlah tempat ia berharap. Meskipun begitu, Imam masih memikirkan Ayu. Dalam kesendiriannya, ia melihat Doni, kenalan barunya  saat seminar, ia tampak sedang bermain handphone.

Imam pun menghampiri Doni, "mas Don, apa kabar?", tanya Imam sambil menepuk pundak Doni.
"Eeh, mas Imam, kok mas nya masih di sini?", tanya Doni.
"Nggak papa mas. Cuma pingin ngadem aja" jawab Imam singkat.

"Mas Don, aku mau tanya, samean kan temannya Ayu ya?", tanya Imam serius.
"Iya mas, kenapa?" jawab Doni
"Ayu itu apa udah punya pasangan atau pacar gitu?", tanya Imam.
"Belum mas" jawab Doni, "sebenarnya banyak si yang deketin dia, soalnya dia anaknya nggak banyak tingkah dan baik agamanya, ia nggak mau dideketin laki-laki yang nggak ada keseriusan", lanjut Doni.
"Sekalipun ganteng dan kaya?", tanya Imam.
"Tetep nggak mau, bingung juga dia maunya yang gimana", jelas Doni.
"Oala, gitu ya mas", Imam tersenyum tipis.
"Masnya suka ya sama Ayu?", Doni penasaran.
"Endak, cuma tanya aja" , Imam ngeles.

Setelah berbincang cukup lama, adzan dhuhur pun berkumandang. Ia dan Doni segera melaksanakan sholat. Setelah sholat, Imam berpamitan pulang. Hari itu adalah hari terakhir Imam ada di Surabaya, ia akan kembali ke Solo untuk menyelesaikan kuliahnya.

"Mungkin aku tidak kembali dalam waktu yang lama, ingin sekali aku mengatakan ini padamu Yu, tapi sekiranya kita masih belajar memahami keseriusan, mungkin suatu saat kita akan bertemu, entah bagaimana takdir ini membawa padamu, semua nya kuserahkan pada Tuhan, semoga kau baik-baik saja".
Imam pun pergi  berlalu meninggalkan kampus Ayu dengan membawa harapan suatu saat akan bertemu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun