Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan | 01

15 Juli 2021   21:00 Diperbarui: 16 Juli 2021   20:32 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan (Sumber ilustrasi: m.merdeka.com)

Kota Surabaya tidak seperti biasanya, cuaca tampak mamang, udara terasa begitu sejuk. Hari itu, Imam hendak mengikuti seminar di salah satu kampus di Kota Surabaya. Ia mendapat info seminar dari story whattsapp teman SMA nya. Sebetulnya Imam tidak begitu senang mengikuti seminar macam ini, namun karena tuntutan kampus, ia harus memiliki setidaknya 3 sertifikat seminar untuk kelulusan.

Imam berangkat dari rumah  jam 2 siang dengan motor buntutnya. Ia menempuh 30 menit untuk sampai di Surabaya. Ia tau kalau waktu tunggunya masih lama, sebab seminar sendiri dimulai jam setengah 5 sore. Ia pun menyempatkan berkeliling Kota Surabaya dulu, sepanjang perjalanan, ia singgah dimasjid dan warung-warung di pinggir jalan. Imam merupakan seorang yang senang melihat keramaian kota.

"Enak eee, delok rame-ramene Suroboyo, dikancani kopi karo roti", batin Imam. Jalan raya tampak penuh dengan kendaraan, sebab sudah waktunya jam pulang kerja. Kemacetan sudah bukan rahasia umum, terutama perempatan Jagir, palang pintu kereta Wonokromo, dan jalanan akan ke Wiyung.

Tidak terasa, jam sudah menunjukan 4 sore. Imam segera menuju kampus tempatnya seminar. Ia lihat kemacetan dimana-mana, ia pun mencari jalan tikus. Imam sendiri sudah familiar dengan jalan-jalan di Surabaya, menemukan jalan alternatif mudah baginya.

Imam pun tiba di kampus tujuannya 15 menit sebelum acara dimulai. Ia segera memarkir motornya dan mencari ruangan tempat acara. Setelah mencari kesana kemari, ia pun menemukannya, sejenak dia berdiri di pintu masuk memandangi keadaan sekitarnya, tampak sudah ada beberapa peserta yang telah mengisi tempat duduk.

Sebelum itu, para peserta diwajibkan mengisi data diri pada panitia yang duduk didekat pintu. Dilihatnya ada seorang perempuan berkacamata dengan perawakan kurus sedang duduk di meja panitia. Untuk sesaat, Imam melamun melihat perempuan tersebut, ia pun segera melangkah dengan semangat mendatangi salah satu perempuan yang menjadi panitia seminar.

"Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya perempuan tersebut.
"O iya mbak, ini ngisi formulirnya gimana ya?" tanya Imam.
"Mas nya isi nama, tempat tinggal dan asal kampus" jawabnya.

Setelah mengisi formulir, Imam kembali bertanya pada perempuan itu.
"Nama mbak siapa?" tanya Imam.
"Ayu" jawabnya.
"Oala, ayu, aku tau kok mbaknya memang ayu"jawab Imam sambil tersenyum.
"Haa, maksudnya mas?" ia tampak heran.
"Nggak, nggak papa mbak" Imam sedikit grogi.

Setelah berbincang, ia segera mencari tempat duduk. Tepat pukul 16.30 / setengah 5 sore acara seminar dimulai. Tampak para perserta dan Imam menyimak penjelasan dari pemateri seminar, 30 menit berlalu, para peserta mulai agak bosan, ada yang ngobrol sendiri, bermain hp dan coret-coret buku, sementara itu Imam tampak duduk dengan ekspresi malas sambil menyangga dagunya. Sambil menyimak seminar, ia pun sesekali melihat Ayu. Satu jam kemudian, tepat jam 5 sore acara seminar pun selesai. Semua peserta segera meninggalkan ruangan, namun Imam tidak beranjak dari tempat duduknya.

Iya memandangi jendela dengan tatapan kosong.
"Mas, mas nya nggak pulang?" tegur salah satu panitia.
"O iya mas, makasi udah di ingetin"jawab Imam
"Nggak baik mas ngelamun, ini mau magrib, nanti bisa kesurupan heheh"tegur panitia itu sambil tertawa.
"Iya mas, insyaallah nggak papa mas, mas nya namanya siapa ya?"tanya Imam.
"Nama saya Doni mas", sambil mengulurkan tangan.
"Nama saya Imam mas", jawabnya.
"Ooo, mas Imam, salam kenal mas", timpal Doni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun