Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Perjalanan

2 Juli 2021   22:45 Diperbarui: 2 Juli 2021   23:03 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.metroworld.id

Matanya perlahan terbuka, setengah sadar dia melihat kearah depan, tidak ada siapa-siapa. Dilihat sebelahnya ada seorang gadis sedang duduk merunduk sembari membaca buku.

Hari itu dia pergi menaiki kereta, sudah lama ia tidak menemui orang tuanya. Ternyata sudah jam 9 malam, ia lupa belum sholat isya. Segeralah beranjak dari kursi dan pergi mengambil air untuk menunaikan sholat, setelah beberapa saat, tampak ia kembali. Ia pun segera duduk. Namun, dari pantulan kaca terlihat ia  masih memandangi gadis itu, untuk beberapa saat ia tampak penasaran.

Brakkk....botol jatuh dari tas miliknya. Ia pun segera takbir dan melaksanakan sholat, terlihat ia begitu khusyuk. Malam itu hujan turun deras ditemani kilatan cahaya petir yang bergemuruh.

Setelah melaksanakan sholat dia terlihat tampak begitu teduh, ia pun kembali memandangi gadis di sampingnya, gadis itu tidak menyadari itu.

Dalam hati bertanya, "siapa gerangan gadis itu...."
Ia ingin sekali mengajak ngobrol. Namun ia tidak punya keberanian untuk itu. Diurungkanlah niatnya. Dilihat jam, ternyata sudah pukul 10 malam.

Dinginnya hujan membuatnya mengantuk. Matanya pun terlelap perlahan dan akhirnya tertidur.

Setelah beberapa jam tertidur. Perlahan ditelinganya terdengar lirih suara seperti lantunan ayat suci Al Quran. Diapun membuka mata pelan-pelan. Ditengoklah kursi sebrang, gadis itulah sumber suaranya.

"Bagus juga ya suaranya" dalam hati ia bicara.
Gadis seperti ini sudah sangat jarang, apalagi di zaman sekarang ini, pikir dia. Sesekali dia menarik nafas dalam. Dia berdoa, supaya kelak dipertemaukan dengan seorang gadis yang taat dalam agama, begitu tenang ia memikirkan hal itu.

Beberapa saat berlalu, gadis tersebut berhenti. Dia pun segera menengoknya, terlihatlah wajahnya sekarang. Gadis berkacamata dengan senyum manis di pipinya yang membuat dia kagum, dimatanya, gadis tersebut seperti bidadari yang baru saja turun dari bumi untuk menemani perjalanannya. 

Ia pun semakin kagum, tidak hanya sifatnya yang taat beragama, namun parasnya juga teduh  dilihatnya. Gadis tersebut pun malu dan segera memalingkan wajahnya dan melanjutkan membacanya. Dia tampak begitu senang bisa melihatnya secara langsung. Dia terus memikirkannya.

Waktu menunjukan pukul 4 pagi. Waktunya sholat subuh. Segeralah dia mengambil wudhu dan melaksanakan sholat. Gadis tersebut juga terlihat mengenakan ruku dan hendak sholat.

Baru setelah takbir, pikirannya melayang kesana kemari memikirkan apa yang dilihatnya tadi, sampai ia lupa berapa rokaat sholat. Dia pun segera menyadari kesalahannya itu, dia pun mengulangi sholatnya.

Ia masih ingin menyapanya, namun sekali lagi rasa malu menghampirinya.
Ia memberanikan melambaikan tangan ke arah gadis tersebut, ia tampak sadar akan lambaian itu, gadis itu menoleh dan melempar senyum kembali.

Ia tampak senang, beberapa detik kemudian gadis tersebut berdiri, berkemas dan pergi begitu saja sambil tersenyum pada ia.
Dia tampak senang sekaligus sedih. Tiba-tiba semua tampak begitu gelap, gucangan dimana-mana.

Beberapa saat kemudian, plakk, bunyi pundaknya ditepuk oleh seorang pemuda "Terima kasih mbak sudah membangunkan" jawab ia. "Siapa yang mbak?" timpal orang tersebut, "kok anda?" ia bingung.

"Mas dari tadi tidur, ini udah jam 8 malam, katanya mas tadi suruh ingetin kalo udah masuk waktu sholat isya" jelas pemuda itu.

Ayo mas sholat isya berjamaah di gerbong makan.

Ditengoknya kursi diseberang tempat gadis itu duduk, ternyata tidak ada siapapun, yang ada hanya kertas putih kosong tanpa tulisan.

Ia pun tersenyum dan menarik nafas dalam, beranjak pergi dari tempat duduknya dan segala mimpinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun