Mohon tunggu...
Andreas Advenda
Andreas Advenda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jogjakarta. Mahasiswa lulusan 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merelakanmu

28 Mei 2021   15:25 Diperbarui: 28 Mei 2021   15:37 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan surat ini aku layangkan rasa rinduku padamu, adinda.

Dalam setiap hembusan napas terengah-engah di sela tangisanku setiap malam ku kirimkan kecewaku padamu , mencoba untuk tetap tegar keesokan harinya.

Pertemuan ini diawali ketika aku menatap kosong ke arah jingga senja sore itu,

"Adinda", katamu.

Di saat itu juga , aku jatuh cinta. Napasku tiba-tiba terhenyak, seakan ada yang berusaha mendobrak akal sehatku, di setiap kata yang terucap dari bibirmu yang waktu itu menggunakan gincu warna merah muda, aku semakin tenggelam,

Tapi, sial, aku lupa meminta nomormu waktu itu,

Pertemuan kita selanjutnya terasa seperti semesta ikut turun tangan, yang awalnya aku hanya berniat untuk mengisi perutku yang kosong, tiba-tiba saja hatikupun ikut terisi, senyum itu, gincu yang tetap masih saja warna merah muda, (yang ku ketahui setelahnya ternyata memang warna merah muda adalah kesukaanmu).

"hai" sapamu.

Untuk kedua kalinya, di dua hari berturut-turut, napasku seakan berhenti. Jatuh cinta aku nampaknya.

Berbulan-bulan, bahkan bertahun setelahnya,

Karena kecerobohanku, karena ketakutanku pula, dan juga niatku untuk berdamai dengan hatiku, aku berdiri di sini, di depan altar ini, melihatmu berdiri, masih dengan senyum yang sama, dengan warna gincu yang sama,

"hai."

Dan masih dengan suara yang sama. Suaraku yang membuatku tenggelam ke samudera penantian yang tak berujung. Dengan sekuat tenaga aku mengangkat tanganku menjabat tanganmu erat, seakan berusaha untuk menahanmu pergi, tapi disaat itu pula aku sadar aku bukan masa depanmu, bukan bahagiamu, bukan segalamu.

"selamat ya, semoga langgeng dan bahagia selalu." Ucapku

Setelah itu aku pergi, dengan segala imajinasiku, seandainya saat pertemuan keduaku saat itu aku tidak lupa lagi untuk meminta nomor telponnya, andai saja.

Kemudian didepan gedung besar berwarna putih itu, di seberang jalan aku melihat wanita berjalan mendekat,

"Hai, apa kabar?"

Saat itu pula, aku membuka jalanku untuk masa depanku.

Bukan dengan kamu

Tidak ada kamu

Dengan surat ini, adinda. Aku ingin menutupnya dengan rasa terima kasih, karena 2 tahun lalu, tanpamu, aku tidak tahu, bahwa satu langkah kecil yang tidak aku buat, bisa membuat hidupku seakan gelap, sesalku terasa membara. Karena 2 tahun lalu, aku berani melakukan langkah kecil ini.

Semoga kita sama- sama bahagia ya. Selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun