Mohon tunggu...
Andreas Rio pamungkas
Andreas Rio pamungkas Mohon Tunggu... Penulis, Pendidik, Jurnalis

Andreas Rio Pamungkas merupakan seorang pendidik yang telah mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Selain sebagai guru, ia juga aktif menulis narasi, esai, dan puisi dengan sentuhan reflektif dan humanis. Karya tulisnya kerap menggambarkan pergulatan batin, fenomena sosial, serta nilai-nilai kemanusiaan. Di samping itu, ia menekuni bidang jurnalistik sebagai sarana untuk menyuarakan realitas dan memperkuat literasi masyarakat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Demokrasi Miniatur: Laboratorium Politik di Dalam Kelas

8 September 2025   07:01 Diperbarui: 8 September 2025   07:03 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kelas, demokrasi tidak hanya hadir sebagai teori, tetapi sebagai praktik nyata yang bisa dirasakan langsung oleh siswa. Saat membentuk struktur kelas, kami lakukan dengan musyawarah. Semua siswa punya kesempatan untuk berbicara, menyampaikan pendapat, bahkan mengkritisi. Dari proses itu mereka belajar bahwa kepemimpinan bukanlah hadiah, melainkan amanah yang lahir dari kepercayaan bersama.

Sama seperti dalam pemerintahan kita saat ini, jabatan-jabatan fungsional memiliki peran penting dalam menggerakkan sistem. Ada presiden, menteri, DPR, hingga aparat di tingkat daerah yang masing-masing punya tugas berbeda. Begitu pula di kelas: ketua kelas, sekretaris, bendahara, hingga seksi-seksi lainnya harus menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab. Jika seorang menteri lalai, negara bisa terganggu. Jika bendahara kelas tidak transparan, maka kepercayaan warga kelas bisa hilang.

Kami juga membiasakan rapat tentang anggaran secara terbuka. Semua pemasukan dan pengeluaran diumumkan kepada seluruh siswa, mirip dengan prinsip transparansi anggaran negara. Bedanya, di kelas ini tidak ada "APBN" bernilai triliunan, tapi esensinya sama: kejujuran dalam mengelola keuangan adalah fondasi kepercayaan.

Tak hanya itu, kami juga menyepakati adanya sanksi bagi pelanggar aturan. Demokrasi bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, tapi kebebasan yang dibatasi oleh kesepakatan bersama. Sama seperti dalam pemerintahan, ada hukum dan peraturan yang mengikat semua warga negara. Siswa belajar bahwa ketika melanggar, konsekuensinya bukan sekadar hukuman, tapi pelajaran tentang komitmen pada kesepakatan.

Dengan membandingkan praktik demokrasi di kelas dengan sistem pemerintahan, siswa bisa memahami bahwa setiap jabatan memiliki beban dan tanggung jawab. Harapannya, generasi mendatang tidak hanya menjadi penonton demokrasi, tapi pelaku aktif yang sadar bahwa keadilan, keterbukaan, dan tanggung jawab adalah kunci keberlangsungan sebuah komunitas, sekecil apapun itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun