Mohon tunggu...
ANDREAS SUPRONO
ANDREAS SUPRONO Mohon Tunggu... Menyukai Kebenaran dan Keadilan

Orang biasa, melihat dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Remehkan Satu Langkah, Itu Bisa Bikin Kamu Nyasar Seumur Hidup

28 Agustus 2025   15:55 Diperbarui: 28 Agustus 2025   15:24 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Remehkan Satu Langkah, Itu Bisa Bikin Kamu Nyasar Seumur Hidup_sumber:pexels.com

Dampaknya beda kan?

Cuma karena satu keputusan di pagi hari: bangun tepat waktu dan sempat bersyukur.

Itulah reaksi berantai!  Sekali baik, bisa baik seterusnya. Sekali lengah, bisa ngaco sampai besok.

Aku pernah ketemu murid yang awalnya iseng bolos satu jam pelajaran. Cuma satu jam. Tapi dari situ, dia mulai ngerasa, “Ah, gampang ternyata bolos.” Terus jadi dua jam, tiga hari, seminggu. Sampai akhirnya orang tua dipanggil, dan nilainya anjlok. Bukan karena dia bodoh. Tapi karena dia sudah membuka celah, dan reaksi berantainya nggak bisa dia kendalikan!

Sebaliknya, aku juga kenal satu anak yang dulu malas banget. Tugas selalu telat. Tapi satu hari, dia memutuskan untuk ngerjain tugas fisika tepat waktu. Katanya, “Pak, saya mau nyoba bener dulu sekali.” Dan ternyata, dari situ dia ngerasa, “Oh, ternyata bisa ya.” Terus keterusan. Terus jadi rajin. Terus jadi juara kelas. Sekarang? Udah kuliah teknik (lupa…he he)  di Jerman, dah lulus, nikah, punya suami, sukses! Semua dari satu niat: nyoba bener dulu, sekali aja!

Hal-hal kayak gini nggak jauh beda sama prinsip kelembaman Newton. Benda yang diam akan tetap diam, benda yang bergerak akan tetap bergerak,  kecuali ada gaya dari luar. Jadi kalau kita udah bergerak ke arah yang salah, kita akan terus meluncur ke situ kecuali ada gaya dari luar,  entah itu dorongan dari dalam diri, dari orang tua, dari guru, dari Tuhan... atau dari nasi padang yang menginspirasi kita untuk bangkit dan hidup lebih baik!

Hal baik itu nggak terjadi sendirinya! Niat baik itu butuh dorongan. Butuh gaya dari luar dan dari dalam. Karena tantangan untuk tetap di jalan yang baik itu nyata banget. Berbuat jahat itu mudah. Ngeluh itu gampang. Menyerah itu instan. Tapi bertahan di hal baik itu... perih, men! Apalagi kalau kamu udah capek. Kalau kamu gak lihat hasilnya segera. Kalau kamu ngelihat orang lain curang dan tetap sukses. Makanya... komitmen pribadi itu penting banget!

Aku ini orang Jawa. Dibesarkan di keluarga sederhana yang ngajarin prinsip nrimo, ngajeni, dan ngati-ati (menerima, menghargai, dan hati hati). Dan semua prinsip itu makin kerasa penting setelah aku jadi bapak, suami, dan guru. Sebagai pendidik, aku nggak cuma ngajarin rumus. Aku juga ngajarin hidup. Karena murid-murid itu gak butuh cuma nilai A di rapor. Mereka butuh bekal untuk gak ikut-ikutan arus reaksi berantai yang salah. Makanya aku sering bilang ke mereka: “Sekali kamu bohong, kamu bakal butuh bohong berikutnya buat nutupin. Sekali kamu curang, kamu bakal terbiasa cari jalan pintas. Sekali kamu males, kamu bakal nyaman dalam kemalasan.” Tapi juga aku bilang: “Sekali kamu baik, kamu bakal ngerasa ringan. Sekali kamu jujur, kamu bakal dihargai. Sekali kamu bantu orang, kamu akan terbiasa empati.”

Ketagihan itu nyata. Kita bisa ketagihan main game. Ketagihan rebahan. Ketagihan ngebohong. Tapi kita juga bisa ketagihan nolong orang. Ketagihan belajar. Ketagihan melihat orang lain bahagia karena tindakan kita. Dan itu pilihan. Tapi... untuk bisa pilih dengan benar, kita harus kenal diri sendiri. Tau batas. Tau potensi. Tau godaan yang paling sering datang. Dan yang gak kalah penting: tau mana yang bener, mana yang gak.

Bukan cuma dari kata orang. Tapi dari hati yang jernih. Dan doa!

Doa itu bukan buat minta dunia nurut sama kita. Tapi supaya kita kuat saat dunia gak seindah harapan kita. Aku tiap pagi selalu berdoa: “Ya Tuhan, tolong kasih aku hati yang bersih. Tangan yang mau bekerja. Mata yang melihat yang baik. Dan kaki yang kuat menempuh jalan yang panjang.” Karena hidup itu maraton, bukan sprint. Dan kita butuh tujuan yang jelas supaya gak nyasar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun