Lourdes, kota kecil di kaki pegunungan Pyrenees pertengahan Juni 2013 lalu dihantam banjir besar yang disebut berbagai pemberitaan sebagai bencana banjir terparah dalam kurun waktu 100 tahun terakhir yang terjadi di wilayah tersebut. Lourdes terkenal sebagai kota yang memiliki satu tempat peziarahan suci yang sangat terkenal dan kaya tradisi bagi Gereja Katolik dan tempat di mana Gereja Katolik telah mengaitkan dengan sekurangnya 68 mukjizat, tidak kurang dari 49 mukjizat (www.nytimes.com) adalah terkait dengan AIR.
[caption id="attachment_261474" align="aligncenter" width="375" caption="Antrian para peziarah di sekitar Grotto - dok. pribadi"][/caption]
Apapun yang terkait dengan mukjizat, janganlah dipandang masalah sepele, karena bahkan Gereja Katolik tidaklah serta-merta begitu saja menerima dengan mudah semua yang terkait dengan mukjizat. Perlu waktu, pengamatan, sikap skeptis, suatu metode dan disiplin yang teguh untuk mengenali mukjizat dalam paradigma yang dimiliki Gereja Katolik.
[caption id="attachment_261475" align="aligncenter" width="375" caption="Tradisi minum dari mata air Lourdes - dok. pribadi"]

Contoh keteguhan seperti ini dalam bentuknya yang lain (bukan mukjizat) adalah kasus yang menimpa Galileo Galilei yang pada akhirnya Gereja Katolik telah secara resmi mengajukan permintaan maaf setelah berabad-abad berlalu.
Sanctuary of Our Lady of Lourdes, lokasi suci ini bermula dari kesederhanaan seorang Bernadette Soubirous yang kemudian menjadi orang suci dalam tradisi Katolik: Santa Bernadette. Mengalami mukjizat penampakan yang sangat luar biasa dalam hidupnya. Penampakan Bunda Maria yang sangat dihormati dalam tradisi Katolik. Dalam salah satu pesan yang diberikan, Bernadette diminta untuk mengorek lumpur di dekat Gua sampai air mengalir keluar. Untuk melakukan hal ini ia harus merangkak dengan tangan dan lututnya seperti binatang yang kadang datang untuk berteduh di lubang antara bebatuan. Minum di mata air yang ditemukan, membasuh diri di sana dan memakan rumput yang tumbuh di sana. Itulah sekilas sejarah betapa pesan yang diberikan begitu keras, berbuat silih dan berdoa kepada Tuhan agar para pendosa bertobat. Mata air yang menyembul dari lumpur itu kini lestari, terus ditata dan dipelihara.
[caption id="attachment_261477" align="aligncenter" width="375" caption="Tertib antri mandi di tempat pemandian - dok. pribadi"]
Dari waktu ke waktu, tersiarlah kabar gembira berbagai mukjizat penyembuhan yang berasal dari mata air Lourdes ini. Walaupun Santa Bernadette sendiri pernah mengatakan bahwa tentang air yang dikeluarkan oleh mata air itu tidaklah terdapat unsur penyembuh dan hanya iman dan doa para pendoalah yang menyembuhkan. Namun mukjizat tetaplah mukjizat dan ramai peziarah mungkin mengharapkan mukjizat, walaupun harus diakui banyak juga yang datang untuk bertobat dan melakukan rekonsiliasi dengan Yang Maha Kuasa. Demikianlah Lourdes, hari-hari pasca banjir besar melanda, apapun yang terjadi, peziarah tetap datang karena iman dan pengharapan yang baik. Bagi peziarah mungkin inilah makna paling sederhana sekaligus mendalam dari seruan abadi Bunda Maria di Lourdes: ‘Come and Drink at the Spring…, and Wash Yourself there.’
[caption id="attachment_261478" align="aligncenter" width="375" caption="Bersiap-siap prosesi Lilin - dok. pribadi"]
Tradisi penghormatan kepada Bunda Maria pun tetap lestari. Mungkin sebagian peziarah dari Indonesia ingat akan tradisi Semana Santa di Nusa Tenggara Timur, perarakan yang begitu agung warisan tradisi Portugis di Nusa Tenggara Timur itu di mana salah satu fokus perarakan adalah Bunda Maria Dolorosa. Pun ada di Sanctuary of Our Lady of Lourdes, perarakan agung yang pasti membuat merinding dan mengaduk-aduk emosi siapapun peziarah yang sungguh memusatkan diri dalam prosesi, suatu tradisi prosesi yang dihadiri berbagai peziarah dari berbagai bangsa, berdoa bersama dalam kesatuan The Torchlight Marian Procession. Bagaimana tidak merinding jika merasakan sendiri betapa agungnya perarakan dari berbagai bangsa dan bahasa, Latin, Belanda, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia dan bahkan jika cukup beruntung peziarah akan mendengar sendiri doa yang sama didaraskan dalam berbagai bahasa itu ada yang didaraskan dalam Bahasa Indonesia. Begitu juga dengan Hymne yang sama dinyanyikan dalam berbagai bahasa dinyanyikan juga dalam kesatuan nada dalam versi Bahasa Indonesia. Tidak heran jika banyak peziarah begitu terharu dalam prosesi itu.
[caption id="attachment_261479" align="aligncenter" width="375" caption="The Torchlight Marian Procession - dok. pribadi"]
Inilah potret Lourdes pasca banjir besar melanda, walaupun salah satu Basilika yang terkenal masih ditutup akibat banjir (Basilika St Pius X), tetaplah hari-hari penuh pengharapan baik antara keabadian tradisi dan mukjizat. Selalu bersyukur bagi setiap peziarah yang sudah merasakan mukjizat itu nyata.
[caption id="attachment_261480" align="aligncenter" width="375" caption="The Torchlight Marian Procession - dok. pribadi"]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI