"Aku tidak ingin menguasai apapun. Bagiku orang yang paling bebas berlayar di lautan adalah raja bajak laut..." (Monkey D. Luffy)
Fenomena pengibaran bendera jolly roger Straw Hat Pirates atau bajak laut Topi Jerami dari manga One Piece tengah ramai di Indonesia. Tidak ada yang menyangka bahwa karya mangaka terkenal Jepang, Eiichiro Oda yang sudah 28 tahun menemani jagat fiksi dunia mampu mengetarkan sebuah negara dalam dunia nyata.
Indonesia sebuah bangsa dengan populasi sekitar 270 juta penduduk ramai membicarakan sosok Monkey D. Luffy sang pemeran utama serial ini. Mimpinya untuk menjadi orang paling bebas di lautan mampu menginspirasi generasi muda Indonesia untuk melakukan kritik atas kinerja pemerintah yang dirasa perlu perbaikan untuk kemaslahatan bangsa.
Saya adalah di antara ratusan orang yang tertarik untuk menulis fenomena ini sebagai penggemar One Piece sejak tahun 2003 ketika masih disiarkan disalah satu televisi swasta Indonesia. Namun karena dianggap tidak layak sensor (cara berpakaian karakter perempuannya dianggap vulgar) oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), anime One Piece kemudian hilang dari televisi Indonesia hingga kini.
Sosok Nico Robin sebagai salah satu nakama Luffy menginspirasi saya kuliah di Jurusan Sejarah pasca lulus SMA. Robin sebagai seorang arkeolog yang senang meneliti prasasti-prasasti poneglyph warisan abad kekosongan menjadi orang yang paling berbahaya hanya karena belajar sejarah.
Bukan karena dia kuat, tapi karena pengetahuannya akan sejarah dunia membuat pemerintah dunia (World Government) ketar-ketir ingin melenyapkannya dari muka bumi. Untuk menjaga legitimasi akan dunia, World Government takut sejarah gelap mereka akan terungkap hingga perlu menutupinya. Rahasia gelap mereka banyak tertulis diprasasti yang bernama poneglyph dan satu-satunya manusia di One Piece yang bisa membaca aksara dalam batu itu hanya Nico Robin seorang.
Sejarah memang unik. Rahasia dari sejarah itu pula yang membuat One Piece menjadi manga yang berbeda dengan manga-manga yang ada di dunia ini. One Piece memiliki sejarah sebagaimana bangsa Indonesia yang juga lahir dari rahim masa lalu. Dalam tulisan ini saya akan mengangkat tiga hal yang paling kursial di dunia One Piece yang memiliki relevansi dengan Indonesia. Tiga hal itu yakni: Sejarah, Lautan, dan Bajak Laut.
Legitimasi Sejarah
Sajarah menjadi alat legitimasi pengaruh dan kekuasaan pemerintah dalam universe One Piece. Karena itulah, sejarah menjadi tabu untuk siapapun yang ingin mempelajarinya. Pulau Ohara, kampung halaman Nico Robin adalah contoh tragis. Pulau ini di buster call (dihancurkan dengan tembakan meriam) hanya karena menjadi laboratorium penelitian dan tempat tinggal para arkelolog yang ingin mempelajari sejarah abad kekosongan.
Pertarungan legitimasi sejarah antara sosok Joy Boy dan Imu Sama di One Piece menarik untuk dibaca. Diceritakan bahwa dalam 900 tahun universe One Piece, pemerintah dunia telah menutup sejarah 100 tahun dalam timeline. Dunia hanya boleh mengetahui apa yang terjadi 800 tahun saat pemerintah dunia telah terbentuk. Tapi 100 tahun awal dunia (abad kekosongan) sengaja ditutupi dan orang yang melakukan penelitian mengenai apa yang terjadi masa itu akan dimusnahkan/dilenyapkan dari dunia oleh pemerintah.