Mohon tunggu...
And Media
And Media Mohon Tunggu... Journalist

Journalist | Consultant and Media Analyst | Web Development

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Profiling dan OSINT untuk Rekrutmen Karyawan

14 Juli 2025   23:48 Diperbarui: 14 Juli 2025   23:48 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi calon karyawan (net)

Metode rekrutmen karyawan kini mengalami pergeseran besar. Pendekatan tradisional seperti wawancara dan penilaian Curriculum Vitae (CV) saja mulai dianggap kurang cukup untuk menilai potensi sejati calon karyawan.

Di tengah tuntutan efisiensi dan akurasi, banyak perusahaan kini memanfaatkan profiling dan Open Source Intelligence (OSINT) sebagai strategi baru dalam menyeleksi tenaga kerja.

Profiling bukan hal baru. Profiling yang dulu identik dengan ranah investigasi kriminal, kini telah bertranformasi menjadi alat strategis dalam dunia korporat. Dalam perkembangannya, metode serupa kini digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk memetakan karakter calon karyawan secara lebih menyeluruh. Bukan hanya dari sisi teknis, tapi juga menyentuh ranah kepribadian, nilai hidup, hingga kecocokan terhadap budaya organisasi atau perusahaan.

Profiling membuat perusahaan atau organisasi bisa lebih dalam memahami calon karyawan atau sosok individu. Artinya, bukan hanya sekadar melihat dari sisi gelar atau pengalaman kerja orang tersebut.

Meski, data formal seperti ijazah dan riwayat kerja tetaplah penting. Namun, di era digital, perusahaan atau organisasi juga harus menengok sisi lain. Mulai dari bagaimana kandidat bersikap di media sosial, seberapa aktif mereka di komunitas profesional, hingga gaya komunikasi mereka di forum daring.

Teknik ini membantu perusahaan membentuk gambaran utuh tentang calon karyawan. Bahkan, dari informasi tersebut, Human Resources (HR) bisa memprediksi potensi konflik, kecepatan adaptasi, hingga kemungkinan cocok tidaknya kandidat berada dalam satu tim. Misalnya, dari gaya tulisan di LinkedIn atau interaksi di X (dulu Twitter) dan instagram, HR bisa melihat bagaimana karakter atau cara berpikir seseorang.

Profiling akan semakin kuat dengan didukung dengan OSINT atau Open Source Intelligence. OSINT adalah teknik pengumpulan informasi dari sumber terbuka dan legal. Seperti di antaranya melalui media sosial, situs komunitas, forum teknologi, hingga blog pribadi.

Dalam konteks seleksi calon karyawan, OSINT memungkinkan HR menelusuri aktivitas publik kandidat. Misalnya, apakah individu tersebut aktif berbagi pengetahuan, pernah ikut proyek open-source, atau memiliki jejak digital positif/negatif di bidang keahlian tertentu.

Bahkan, validasi informasi pendidikan dan pengalaman kerja kini bisa dilakukan lewat platform seperti LinkedIn, situs alumni universitas, hingga portal profesional lainnya. Semua itu dilakukan tanpa melanggar privasi atau menggunakan cara-cara ilegal seperti phishing atau peretasan.

Etika Nomor Satu
Meski efektif, profiling dan OSINT harus tetap berpijak pada etika. Data yang diambil wajib berasal dari sumber yang terbuka dan bisa diakses publik. Prosesnya juga harus transparan. Artinya, kandidat perlu tahu jika proses seleksi mencakup analisis dari data publik yang mereka miliki.

Misalnya, apabila ada unggahan media sosial kandidat yang bernada kritik terhadap kebijakan pemerintah, itu tak serta-merta bisa dijadikan indikator buruk. Sehingga HR harus memahami konteksnya.

Etika lainnya, perusahaan dilarang menyimpulkan karakter hanya dari satu unggahan atau opini pribadi kandidat. Semua informasi harus diuji silang dan dipandang secara holistik.

Meski terkesan canggih, OSINT bukan pengganti dari proses seleksi formal. Teknik ini hanya menjadi pelengkap. Wawancara, tes psikologi, dan asesmen kompetensi tetap dibutuhkan untuk menilai kesesuaian secara objektif.

Namun demikian, kombinasi antara teknik tradisional dan digital ini terbukti membuat rekrutmen lebih akurat dan strategis. Tidak hanya hemat waktu, tapi juga mengurangi potensi kesalahan dalam memilih karyawan.

Profiling dan OSINT, jika digunakan dengan bijak, justru menciptakan proses rekrutmen yang lebih manusiawi. Perusahaan tak lagi hanya mencari 'pekerja', tapi juga pribadi yang cocok tumbuh dan berkembang bersama organisasi.

Dengan memahami keunikan setiap kandidat, penempatan kerja bisa lebih tepat, dan kolaborasi tim jadi lebih harmonis.

Efek jangka panjangnya? Produktivitas meningkat, konflik menurun dan loyalitas karyawan bertambah. (and)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun