Nenek bertanya. “Memangnya kau tidak ingin tahu apa isinya?”
“Tidak, Nek,” kataku sambil menggigit sendok.
“Coba tebak?”
Bukankah tadi kubilang aku tidak ingin peduli isi tas itu? Ayolah. Jangan memaksaku.
“Menyerah?” Nenek bertanya.
“Belum,” kataku. “Baiklah. Pandora. Isinya adalah seluruh penderitaan di muka bumi ini, yang berat dan diseret-seret setiap waktu.”
Nenek tetawa hingga ia meletakan piringnya di bangku kayu yang kami duduki. “Bukan.” Ia tertawa lagi. “Tapi buku-buku dan majalah-majalah yang akan kusumbangkan ke teman-temanku yang berada di Hope House.”
Wah bagus. Ini adalah kesempatan emas. Aku dapat mendekati mereka dengan adanya Nenek di sampingku kurasa mereka bisa menjaga jarak. “Maukah Nenek mengajakku ke sana?”
“Tentu. Tentu saja. Akan kuperkenalkan kau dengan semua teman-temanku! Tapi aku sedikit cemas, mungkin kau akan segera muak, kalau kau tak menyukai adaptasi. Orang-orang di sana, berjalan dengan selangkah demi selangkah. Tak ada yang berniat mendahului. Bicara sepatah demi sepatah, belajar mendengar seperti anak dua tahun dan cara mengunyah makanan mereka sungguh pelan dan lambat. Perbedaan itu semua, semoga tidak membuatmu terguncang. Kau tahu lah. Tak mudah menyatukan perbedaan, apalagi membuatnya seragam.
“Namun orang tua seperti mereka terlalu bijak hingga keputusannya melakukan hal-hal semacam itu penuh perhitungan, tidak membuat orang lain merasa tersinggung dan pikiran menyakiti. Kau harus belajar dari mereka cara menghormati orang lain, yang kadang-kadang dibutuhkan saat kau merasa dunia tidak adil. Orang-orang sepuh itu memiliki anak yang dulu mereka rawat, penuh belas kasih, tapi apa balasan anak-anak itu pada kedua orang tua mereka dengan membalas menitipkan mereka di rumah panti jompo adalah keputusan yang cukup adil? Meskipun itu adalah tindakan anak mereka sendiri, menghormati keputusan orang lain, kurasa untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, dunia butuh mereka semua,” kata Nenek.
“Maksud Nenek, jika ingin menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Dunia hanya perlu mengubah semua orang menjadi berusia Kakek-kakek dan Nenek-nekek?” tanyaku sambil membayangkan Ibu berubah menjadi Nenek-nenek yang tertatih.