Bagi mahasiswa Sastra Indonesia, pegiat literasi atau yang senang dengan buku buku puisi pastinya mengenal Joko Pinurbo.
***
Joko Pinurbo adalah penyair Indonesia kelahiran 11 Mei 1962 di Sukabumi Jawa Barat. Ia sangat identik dengan diksi "Asu" yang senantiasa melekat pada puisinya maupun dalam buku cerpen terbarunya. Penyair yang sudah berkarir di jalan kepenyairan tentu tiba-tiba membuat beberapa pegiat sastra mempertanyakan kenapa beliau tiba-tiba menulis cerpen. Kegelisahan tersebut hingga dibuat ruang akademis oleh Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia FIB UGM dengan menghadirkan pakar sastra Dr Ramayda Akmal dan juga pemilik buku puisi "Celana" Joko Pinorbu dipandu oleh sastrawan muda Derry Sulisti.Â
Dalam sebuah diskusi kekaryaan Joko Pinurbo atau Jokpin di FIB UGM 24 Februari 2023, terjadi diskusi alot terkait kekaryaan penyair hadir melihat fenomena sosial, ulasan kritik sastra dari Dr Ramayda Akmal, serta alasan-alasan mengapa Jokpin tiba tiba menulis cerpen.
Saat ditanya kenapa dia tiba-tiba menulis cerpen, Ia dengan spontan menjawab bahwa konon penulis tidak boleh bicara terkait karyanya yang sudah terbit. Biarkan pembaca memaknai, biarkan karya itu hadir dan tumbuh di tangan pembaca. Pembacalah yang memupuk atau entah akan diapakan. Apa yang sudah terbit di hadapan pembaca akan berbeda pada saat situasi penulis menciptakan karya-karya. Jawaban lainnya ia ingin bereksperimen dalam penulisan. Selama pandemi ia merasa terpenjara dengan situasi dan pada akhirnya menulis puisi dan cerpen adalah hiburan selama desakan keadaan tersebut.Â
"Sesekali melihat yang mana laku di pasaran apakah puisi atau cerpen, dilihat saja," katanya.
Namun secara kekaryaan penyair, tentu pernyataan tersebut bukanlah alasan kritis meski lebih populis.
Dalam cerpen terbarunya yang berjudul "Tak Ada Asu di Antara Kita" terbitan Gramedia 2023. Teknik penulisan cerpen tersebut ia menerapkan teknik penulisan puisi. Sehingga kepenyairan Jokpin dalam cerpennya tidak terpisah. Ibu Aidah menuturkan bahwa cerpen pa Jokpin adalah cerpen yang memiliki karakter tersendiri.Â
Berbeda pandangan ibu Dr. Ayda selaku pembahas. Bahwa Jokpin tentu ada sesuatu hal yang dilakukan oleh penulis bahwa ada materi yang kompleks akan disampaikan namun tidak bisa tuntas dalam sebuah puisi. Cerpen adalah salah satu pintu untuk mengisahkan peristiwa. Pada kesimpulannya bahwa cerpen Jokpin bisa saja akan mencari genre tersendiri. Sebaliknya genre yang akan menemukan cerpen itu sendiri. Sebab terdapat kekacauan kesengajaan dalam proses kreatif penulisan cerpen tersebut.Â
Kumpulan cerpen Jokpin "Tak Ada Asu di Antara Kita" terdapat 15 buah Cerpen. Salah satu di antaranya menjadi pertanyaan bahwa ia menulis layaknya struktur puisi. Ini ibu Budi, terdapat hanya beberapa kata, kalimat jika dilihat sepintas hanya 6 paragraf tidak utuh. Isinya lebih puitis, sehingga bisa dinamai dengan puisi dibandingkan cerpen. Demikian dalam cerpen lain terdapat unsur puisi sebagai penggalang cerita.
Cerpen dalam buah tangan Jokpin akan menjadi jalan sunyi tersendiri dan biarkan jalan bahagia bagi pembacanya.Â
Dalam dunia penulisan prosa adalah proses perekaman peristiwa yang dialami oleh penulis. Setelah kekaryaan maka penulis sudah lepas secara tekstual di dalamnya.Â