Malam di Jeddah nanti mungkin akan menjadi babak penentuan, saat seluruh dunia menanti apakah strategi yang dirancang PSSI di bawah komando Erick Thohir akhirnya membuahkan hasil, atau justru kandas di ambang sejarah menuju mimpi besar. Setelah kalah 2--3 dari Arab Saudi pada 8 Oktober 2025 lalu, tim nasional Indonesia kini menghadapi realitas yang cukup mengkhawatirkan -- dua laga tersisa dan sembilan kombinasi hasil. Lantas, berapakah peluang Indonesia finis di dua besar dan masih membuka harapan untuk lolos ke Piala Dunia FIFA 26? Saya mencoba menghitung probabilitas tersebut dengan menggabungkan sejumlah data dan asumsi, termasuk peringkat FIFA, performa terkini, head-to-head (H2H), dan kesiapan skuad dari semua tim pada Grup B Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 -- Babak Keempat AFC. Dari angka tersebut, kita juga dapat melihat apakah kebijakan naturalisasi cepat dan pencitraan publik selama ini sebenarnya berdampak nyata atau justru sebaliknya.
Kerangka Matematika yang Digunakan
Model yang saya gunakan merangkum kekuatan tiap tim menjadi satu skor terukur S. Secara ringkas, dirumuskan bahwa:
S = w1 Elo-norm + w2 Form-norm + w3 H2H-norm + w4 Avail-norm
dengan bobot yang digunakan: w1 = 0,40, w2 = 0,30, w3 = 0,20, w4 = 0,10. Keputusan bobot ini mencerminkan prioritas: kualitas jangka panjang (peringkat/Elo) paling menentukan, diikuti performa terkini, lalu hasil H2H dan ketersediaan pemain. Analisis ini menggunakan input yang dinormalisasi antara 0-1 sehingga setiap komponen dapat dikombinasikan secara linier.
-
Elo-norm (normalisasi peringkat FIFA) -- dipetakan dengan rumus: Elo-norm = 1 {(peringkat FIFA negara1)/209}. Contoh: Saudi (peringkat 58) Elo-norm 0,73; Irak (59) 0,72; Indonesia (118) 0,44. Ini menunjukkan mengapa keunggulan jangka panjang sangat mempengaruhi skor akhir.
Form-norm (momentum/hasil terakhir) -- dihitung sebagai poin dari enam laga terakhir dibagi poin maksimum (3 6). Contoh: Indonesia 10/18 0,56; Irak 11/18 0,61; Saudi 6/18 0,33. Nilai ini merepresentasikan kondisi terkini tim.
H2H-norm (head-to-head teregularisasi) -- pertama dihitung skor mentah dari serangkaian pertemuan (memasukkan kemenangan, imbang, kekalahan, dan selisih gol yang dimoderasi), lalu regularisasi (shrinkage) dilakukan agar sampel kecil tidak menghasilkan angka ekstrem. Formula: H2H-norm = {(N . raw_avg) + (k0,5N)} / (N+k)
 dengan N = 2, k = 1. Hasilnya, Indonesia 0,12, Irak 0,70, Saudi 0,68.Avail-norm (kesiapan & integrasi pemain) -- digabung dari tiga subindikator: MCI, Continuity, dan Cohesion. Formula: Availnorm=0,5MCI + 0,3Continuity + 0,2Cohesion. Contoh: Indonesia (0,76, 0,65, 0,60) Avail-norm 0,70; Irak 0,87; Saudi 0,84.
Menggabungkan seluruh komponen-komponen tersebut akan menghasilkan skor akhir S:
Indonesia 0,438
Irak 0,698
Arab Saudi 0,611