Mohon tunggu...
andika muhammad nuur
andika muhammad nuur Mohon Tunggu... direktur krapyak peduli sampah

konten tentang bagaimana pondok pesantren menyelesaikan permasalahan sampah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Krapyak Peduli Sampah Jadi Percontohan Pesantren Sukses Olah Sampah Mandiri di Muskerwil Hebitren DIY

19 September 2025   18:57 Diperbarui: 19 September 2025   18:57 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta -- Krapyak Peduli Sampah (KPS) yang berlokasi di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum kembali menorehkan prestasi membanggakan. Pada 4 Juni 2024, KPS mendapat kehormatan menjadi percontohan pondok pesantren yang sukses dalam mengelola sampah mandiri dalam acara Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) DIY sekaligus kegiatan Capacity Building: Penguatan Ekosistem Usaha Pertanian Pesantren, yang bertempat di Hotel Grand Rohan Jogja.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, pengasuh pondok pesantren, penggiat lingkungan, akademisi, dan pelaku usaha pesantren dari seluruh Yogyakarta. Kehadiran KPS sebagai representasi pesantren yang berhasil mengintegrasikan pengolahan sampah dengan kemandirian ekonomi, menjadi sorotan utama.

Krapyak Peduli Sampah: Dari Krisis Sampah Menuju Inspirasi

Krapyak Peduli Sampah lahir dari keprihatinan mendalam terhadap masalah sampah yang kian menumpuk di pesantren. Dulu, Pondok Pesantren Krapyak memproduksi sampah hingga 2 ton per hari, yang sebagian besar berakhir di TPA Piyungan. Namun, seiring semangat "sampah hari ini selesai hari ini," kini hanya tersisa sekitar 100 kg per hari yang benar-benar tidak bisa diolah.

Transformasi besar ini tentu tidak terjadi secara instan. Di bawah kepemimpinan Andika Muhammad Nuur sebagai Direktur KPS, lahirlah sistem pengelolaan hulu--hilir yang melibatkan santri, pengasuh pesantren, dan masyarakat sekitar. Prinsip yang dipegang sederhana: sampah bukanlah akhir dari sebuah siklus, melainkan awal dari sumber daya baru yang bisa dimanfaatkan.

Inovasi dalam Pengolahan Sampah

Dalam forum Muskerwil Hebitren DIY, KPS memaparkan berbagai inovasi yang telah dikembangkan:

  1. Biogas dan Biodigester
    Sampah organik pesantren, khususnya sisa makanan dapur, difermentasi melalui reaktor biodigester. Hasilnya adalah biogas yang digunakan sebagai energi memasak di dapur pesantren, sekaligus menekan biaya operasional.

  2. Budidaya Maggot
    Sisa organik yang tidak masuk biodigester menjadi bahan pakan maggot. Maggot ini kemudian dipanen sebagai pakan ikan, unggas, dan bahkan diolah menjadi produk bernilai jual seperti pelet ikan.

  3. Pertanian dan Perkebunan Organik
    Limbah organik diolah menjadi pupuk cair dan kompos padat yang digunakan dalam lahan pertanian pesantren. Dari sini lahir hasil panen sayuran organik yang sehat dan bernilai ekonomi.

  4. Produk Kreatif Anorganik
    Sampah plastik dan multilayer tidak dibiarkan menumpuk, tetapi diolah menjadi produk kreatif seperti sandal, tas, kaligrafi, lukisan, hingga konblok plastik. Produk-produk ini dipamerkan dalam berbagai ajang nasional maupun internasional.

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun