Budaya Buang Sampah Sembarangan
Kesadaran santri dalam memilah sampah masih rendah. Hal ini memerlukan edukasi yang terus-menerus.
Keterbatasan SDM dan Dana
Mengelola sampah membutuhkan sumber daya manusia yang terlatih serta dukungan dana untuk operasional.
Krisis Lingkungan yang Lebih Luas
Pesantren juga terdampak langsung oleh kondisi darurat sampah di Yogyakarta, sehingga perlu mengambil langkah mandiri agar tidak bergantung pada TPA.
Strategi KPS: Dari Biogas hingga Ekonomi Sirkuler
Andika kemudian memperkenalkan beberapa inovasi yang telah dilakukan KPS, di antaranya:
Pengolahan Organik Sampah organik dimasukkan ke biodigester untuk menghasilkan biogas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar memasak di dapur santri. Hasil sampingannya berupa pupuk cair organik yang bermanfaat untuk pertanian pesantren.
Budidaya Maggot Sisa makanan organik dijadikan pakan maggot, yang kemudian bisa diolah menjadi pelet ikan dan pakan ternak.
Ekonomi Sirkuler Sampah anorganik dipilah, dijual ke pengepul, atau diolah menjadi produk kreatif seperti sandal multilayer, kaligrafi dari plastik, kursi dari ecobrick, hingga tas dari limbah plastik.
Edukasi dan Teladan KPS aktif memberikan pelatihan, baik kepada santri maupun masyarakat sekitar, tentang pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah. Nilai ini diperkuat dengan ajaran agama Islam, hadis tentang kebersihan, serta teladan para kiai seperti KH Ali Maksum yang berpesan, "Nek ra gelem ngresiki ojo ngrusaki" (Kalau tidak mau membersihkan, jangan mengotori).
Apresiasi dari Lurah Pondok
Para lurah pondok se-Yogyakarta yang hadir memberikan apresiasi tinggi kepada KPS dan Andika Muhammad Nuur. Mereka menilai bahwa pengalaman Krapyak bisa menjadi model pengelolaan sampah mandiri di pesantren lain.