Pada tanggal 19 November 2023, Andika Muhammad Nuur, Direktur Krapyak Peduli Sampah (KPS), menjadi salah satu narasumber utama dalam acara Kumpulan Lurah Pondok se-Yogyakarta yang digelar di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum. Acara ini mengangkat tema besar mengenai "Tantangan Pondok Pesantren dalam Urgensi Jogja Kiamat Sampah", merespons isu serius tentang semakin meningkatnya permasalahan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Â
Jogja dan Ancaman "Kiamat Sampah"
Beberapa tahun terakhir, Yogyakarta menghadapi krisis serius dalam pengelolaan sampah. Penutupan dan keterbatasan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan menjadi salah satu pemicu. Kondisi ini menyebabkan banyak sampah menumpuk di jalanan, pasar, hingga kawasan pendidikan dan pondok pesantren. Fenomena ini kemudian dikenal luas dengan istilah "Jogja Kiamat Sampah".
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis komunitas dengan ribuan santri tentu tidak bisa lepas dari permasalahan tersebut. Volume sampah yang dihasilkan setiap hari, terutama dari konsumsi santri, cukup besar. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini akan menambah beban lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Andika Muhammad Nuur: Dari Pesantren untuk Solusi Lingkungan
Dalam forum tersebut, Andika Muhammad Nuur memaparkan pengalaman dan strategi Krapyak Peduli Sampah, unit pengelolaan sampah mandiri yang lahir dari Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum. Sejak didirikan, KPS berhasil menurunkan produksi sampah dari sekitar 2 ton per hari menjadi hanya 100 kg per hari melalui sistem pemilahan di sumber dan pengolahan kreatif.
Andika menjelaskan bahwa salah satu kunci keberhasilan KPS adalah prinsip "sampah hari ini selesai hari ini". Prinsip ini menekankan pentingnya setiap orang bertanggung jawab pada sampah yang dihasilkannya, tanpa menunda atau membiarkannya menumpuk.
Tantangan Pesantren dalam Pengelolaan Sampah
Dalam paparannya, Andika menyoroti beberapa tantangan besar yang dihadapi pondok pesantren dalam mengelola sampah, di antaranya:
Jumlah Santri yang Besar
Semakin banyak santri, semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan setiap harinya.Keterbatasan Fasilitas
Banyak pondok pesantren belum memiliki infrastruktur pengolahan sampah seperti biodigester, bank sampah, atau fasilitas daur ulang.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!