Yogyakarta -- Pada 3 Juni 2024, Pondok Pesantren Wahid Hasyim Sleman melakukan kunjungan ke Krapyak Peduli Sampah (KPS) yang berlokasi di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum. Acara kunjungan ini dibuka langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, KH. Nilzam Yahya, yang menyambut hangat para tamu dan menekankan pentingnya kolaborasi antarpesantren dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam kegiatan ini, para santri dan pengurus Pondok Pesantren Wahid Hasyim diajak meninjau langsung bagaimana KPS mengelola sampah dengan prinsip "sampah hari ini selesai hari ini." Sistem ini tidak hanya soal pemilahan sampah, tetapi juga inovasi pengolahan hingga memberi manfaat nyata bagi kehidupan sehari-hari.
Biogas: Energi Ramah Lingkungan dari Sampah
Salah satu yang paling menarik perhatian adalah teknologi biogas yang dikembangkan di KPS. Melalui biodigester, sampah organik -- khususnya sisa makanan dan limbah ikan dari program makan bergizi gratis -- difermentasi menjadi gas metana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
Biogas ini kemudian digunakan untuk keperluan dapur pesantren, sehingga membantu mengurangi ketergantungan pada gas elpiji. Lebih jauh, hasil samping dari proses biodigester berupa slurry (ampas cair) tidak dibuang percuma, melainkan diolah kembali menjadi pupuk organik cair dan media tanam. Dengan cara ini, siklus pengolahan sampah benar-benar tuntas tanpa menyisakan limbah.
Peternakan dan Pertanian Organik
Tak hanya berhenti di situ, KPS juga mengintegrasikan pemanfaatan sampah dengan peternakan dan pertanian organik. Sampah organik yang tidak masuk biodigester dimanfaatkan untuk budidaya maggot, yang kemudian menjadi pakan alami untuk ikan, ayam, dan bebek. Dengan demikian, biaya pakan bisa ditekan, sekaligus menghasilkan produk ternak yang lebih sehat.
Di bidang pertanian, para santri memanfaatkan pupuk organik cair dan kompos padat hasil olahan sampah untuk menyuburkan lahan pertanian pesantren. Hasilnya, kebun pesantren bisa menghasilkan sayuran sehat tanpa pestisida, yang sebagian digunakan untuk konsumsi santri, sebagian lagi dijual untuk mendukung ekonomi sirkuler pesantren.
Pesantren, Islam, dan Budaya Kebersihan
Kunjungan ini juga menegaskan bahwa upaya menjaga lingkungan di pesantren Krapyak tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai Islam. KPS mengedukasi para santri dengan mengakulturasikan budaya kebersihan dan budaya Islam melalui kajian Al-Qur'an, Hadis, dan kitab klasik yang membahas pentingnya kebersihan.
Para kiai, termasuk KH. Ali Maksum, telah lama menjadi teladan dengan ajaran bijaknya: