Banyaknya aturan pembatasan dimasa pandemi ini mengakibatkan beberapa aktivitas tak dapat dilakukan seperti biasa dan seharusnya. Namun, semua itu tidak menjadikan manusia untuk membatasi inovasi dan kreativitasnya. Untuk mengisi waktu luang atau mengganti kebiasaan yang sedang tak bisa dilakukan beberapa masyarakat beralih untuk terjun ke dunia pembudidayaan ikan hias, salah satu budidaya dapat ditekuni yaitu budidaya ikan cupang.Â
Mengapa demikian? Ada beberapa alasan atau keuntungan dalam pembudidayaannya yakni biaya yang diperlukan tidak terlalu banyak, tidak memakan begitu banyak ruang atau lahan, proses pembudidayaaan dan pemeliharaannya yang cukup mudah dan dapat menghasilkan pundi pundi rupiah dengan cepat apabila dapat menghasilkan cupang yang berkualitas.
Apa itu ikan hias?
Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial, permintaan yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini mendorong perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia. Salah satunya adalah ikan Betta splendens Regan atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Habitat ikan ini di perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi saat ini sudah banyak dibudidayakan. Perkembangbiakan Giant betta dengan Nemo galaxy yang bersifat bubble-nester, yaitu membuat sarang busa sebelum berpijah dan telur-telur dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994; Sanford,1995).

Ikan Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Ikan cupang terdiri dari 73 spesies dan dibagi menjadi 13 kelompok, sedangkan di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar (Neliana, 2017).

Memilih ikan siap memijah dengan ciri -- ciri :
- Jantan
- Berusia minimal 6 bulan atau lebih
- Banyak membuat gelembung kecil di wadah
- Ukuran jantan lebih besar dari betinanya
- Betina
- Berusia minimal 6 bulan atau lebih
- Sudah memiliki telur dengan perut yang menggembung dan memiliki titik putih pada kantung telur
- Ukurannya lebih kecil daripada jantan
Perbedaan jantan dan betina :
- Jantan
- Memiliki sirip belakang perut dan ekor yang panjang
- Ukurannya 2-3 kali lebih panjang dari  tubuhnya
- Betina
- Memiliki sirip yang pendek
- Bentuk siripnya seperti sisir rambut

Proses pemijahan ikan cupang dan cara merawatnya :
- Menyiapkan aquarium dengan panjang 30 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 40 cm
- Isi dengan air yang telah di saring
- Ukuran air 10-15 cm dari tinggi akuarium
- Beri garam sesuai kebutuhan, kira kira sendok teh lalu aduk hingga larut
- Beri 1 tetes obat biru ( methylene blue )
- Kemudian beri daun katapang laut tanpa batang dengan ukuran 10 cm x 5 cm
- Larutkan garam, obat biru dan daun katapang selama 24 jam
- Masukkan ikan jantan tersebut lalu tutup ( sisakan untuk keluar masuknya udara ) dan diamkan  selama 24 jam hingga ikan jantan membuat gelembung-gelembung dalam wadah tersebut
- Jika gelembung yang telah dibuat sudah dikatakan cukup, masukkan ikan betina pada wadah atau toples yang lebih kecil agar satu sama lain dapat saling mengenal dan beradaptasi selama 24 jam
- Keesokan harinya satukan ikan betina ke wadah ikan jantan secara perlahan
- Tunggu beberaa menit hingga ikan betina berada di area gelembung yang dibuat ikan jantan setelah itu tutup kelbali dengan menyisakan celah udara
- Ikan cupang akan memijah di sore hari lalu dianjutkan pada malam hari
- Ketika betina telah meneluarkan semua telur-telur di gelembung tersebut dan ikan jantan akan menjaganya lalu segera pindahkan ikan betina ke wadah terpisah
- Ikan jantan akan menjaga telur hingga menetas ( sekitar 48 jam ) lalu biarkan bersama selama 4 hari
- Setelah telur menetas pindahkan ikan jantan ke wadah yang lain pada sore harinya dan diamkan burayak tetap dalam wadah  hingga pagi
- Siapkan wadah pembesaran dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 70 cm
- Sesuaikan wadah pembesaran dengan banyaknya burayak yang dihasilkan
- Isi wadah pembesaran dengan air sebanyak 50cm (tiap 10 liter air diberi 1 sendok garam ikan)
- Â Beri garam, obat biru sebanyak 2 tetes atau disesuaikan dengan kebutuhan, dan 1 lembar daun katapang
- Setelah itu masukkan wadah yang berisi burayak ke dalam wadah pembesaran dan biarkan selama 6 jam
- Pada sore atau malam harinya pindahkan burayak kedalam wadah pembesaran dengan perlahan dan jangan biarkan kotorannya terbawa masuk ke wadah pembesaran
- Biarkan burayak selama 4 hari tanpa pemberian pakan
- Pada hari ke-5 burayak diberi pakan pada pagi harinya (pakan dapat berupa kutu air kecil, infusoria, polared, pellet bubuk)
- Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari
- Setelah 1 bulan pakan burayak dapat diganti dengan jentik nyamuk, cacing sutra atau dengan pelet ukuran 200
- Setelah 3 bulan ikan cupang dapat di pindahkan ke dalam wadah yang lebih kecil
- Lakukan perawatan dengan baik dan benar agar menghasilkan ikan cupang yang berkualitas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI