Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Insinyur - Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Direktur Eksekutif PT KPM Oil & Gas, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Flash Fiction: Tuntutan

31 Desember 2021   20:29 Diperbarui: 31 Desember 2021   20:31 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palu Hakim (sumber: ajnn.net)

Lelaki itu duduk didepanku dengan wajah tertunduk lesu.

Terkulai lemas diatas kursi.

Mendadak lamunanku terbang melayang ke beberapa tahun silam. Pada lelaki itu yang telah memporak-porandakan hatiku dengan pesona tak terlerai.

Tak hanya ketampanan sensasional yang dimilikinya, tubuh yang tinggi kekar namun aura yang memancar gemilang dari setiap tingkahnya --juga gombalannya--membuatku luluh terpikat dalam sebuah cinta terlarang.

Aku mengabaikan segala kehidupan sempurna, mewah dan megah bersama suami dan anak-anakku, hanya untuk dia.

"Jangan tinggalkan aku..tak sanggup hidup tanpamu,"ucapku lirih ke telinganya.

Lelaki itu kemudian meraih dan memelukku erat diatas pembaringan. Desah nafasnya terasa di ubun-ubunku, ia lalu membelai rambutku perlahan. Tanpa kata. Tapi buatku, ini membuatku percaya padanya.

Tak lama setelah itu, dia menghilang. Pergi entah kemana.

Semua saluran komunikasi yang menghubungkan kepadanya tak terjawab. Sirna.

Aku terpuruk. Tak percaya bisa kehilangan dia. Selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun