Tambunnya anggaran Polri menurut Neta tidak berjalan lurus dengan peningkatan kinerja Polri. Neta mengibaratkan Polri bak raksasa "gendut" yang sulit bergerak. Kondisi ini menyebabkan Polri sangat tidak efesien dan tak menguntungkan rakyat.
Senada dengan Neta, pengamat kepolisian Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menyebut Polri di bawah kepemimpinan Jokowi terlihat terseret dalam kepentingan yang bersifat pragmatis. Hal ini membuat Polri cenderung tidak bisa menjaga jarak dengan kepentingan yang sarat politik.
Masih beranikah Polri menyatakan komitmennya dalam perburuan kader PDIP Harun Masiku di akhir tahun ini kepada rakyat Indonesia, setelah 11 bulan 10 hari tidak menghasilkan apa-apa?