Lihat ke Halaman Asli

Yogi Saputra Nurdiansyah

Mahasiswa Universitas Airlangga

Silent Killer Generasi Muda Saat Hipertensi Tak Lagi Menunggu Usia Tua

Diperbarui: 15 Agustus 2025   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tahukah Anda ? Hipertensi kini bukan lagi penyakit usia tua bahkan remaja 18 tahun pun bisa jadi korbannya. Data SKI 2023 mengungkapkan 34,11% masyarakat Indonesia hidup dengan hipertensi, menjadikan negeri ini peringkat kelima dunia dalam jumlah penderita tekanan darah tinggi (Survei Kesehatan Indonesia/SKI 2023). Namun yang lebih mengkhawatirkan, penyakit yang dulu identik dengan usia lanjut kini menghantui generasi muda. Fakta mencengangkan terungkap 10,7% remaja 18-24 tahun dan 17,4% usia 25-34 tahun sudah terdiagnosis hipertensi Artinya, stroke dan serangan jantung dua pembunuh silent tidak lagi sekadar ancaman bagi lansia, tapi juga para milenial dan Gen Z yang seharusnya berada di puncak produktivitas.

Lalu, bagaimana Indonesia akan menghadapi bom waktu kesehatan ini?

Hipertensi adalah kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten di atas batas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. (brunner suddath) Hipertensi sering disebut sebagai "silent killer" karena banyak penderita tidak merasakan gejala sebelum terjadi komplikasi serius. Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada arteri dan organ-organ tubuh yang terhubung dengan arteri tersebut, seperti jantung, otak, ginjal, dan mata. Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas dua bagian yaitu, Hipertensi Primer atau esensial, Hipertensi primer tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi. Sedangkan hipertensi sekunder memiliki penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya.

Adapun pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan Farmakologis & Non-Farmakologis

Terapi Farmakologis

1. Perbanyak konsumsi sayur dan buah yang mengandung antioksidan.  Antioksidan Menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskular dan meningkatkan produksi nitrit oksida (Sorriento et al., 2018)

2. Konsumsi Vitamin D . Suplementasi vitamin D memperbaiki fungsi ventrikel jantung dan menstabilkan tekanan darah (Sorriento et al., 2018).

3. Konsumsi Kombinasi Obat Antihipertensi  Lebih efektif daripada monoterapi, terutama untuk pasien dengan tekanan sistolik >20 mmHg atau diastolik >10 mmHg di atas target (Guerrero García & Rubio-Guerra, 2018).

4. Konsumsi Obat Hipertensi Diuretik (hydrochlorothiazide), penghambat ACE (captopril), antagonis kalsium (amlodipin), dan lainnya (Hameed & Dasgupta, 2019).

tentu 4 point ini perlu konsultasi dengan dokter ahli.

Terapi Non-Farmakologis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline