Mahasiswa UNISRI Tanamkan Nilai Kejujuran Di Kelas Kriya SMK Negeri 9 Surakarta
Surakarta, 10 Oktober 2025 --- Suasana kelas XI Desain Produksi Kriya di SMK Negeri 9 Surakarta siang itu terasa berbeda. Lima mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta datang bukan sekadar untuk mengamati, tetapi untuk berbagi ilmu. Kami hadir sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran lapangan untuk memberikan materi bertema "Kejujuran dalam Kehidupan Sehari-hari." Sebagai calon pendidik dari Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), kami ingin menanamkan nilai kejujuran melalui cara yang sederhana namun bermakna yakni lewat diskusi interaktif, refleksi, dan contoh nyata dari kehidupan sehari-hari.
Kami memulai pertemuan dengan sebuah pertanyaan ringan, "Siapa di antara kalian yang pernah berkata jujur meski takut dimarahi?"
Beberapa siswa tersenyum malu, ada yang mengangkat tangan dengan ragu. Dari sanalah suasana kelas mulai cair. Satu per satu mereka mulai berani berbagi cerita, ada yang mengaku pernah tidak jujur karena takut salah, ada pula yang merasa bangga saat berani mengakui kesalahan kecil di depan guru.
Sebagai pembimbing, kami mencoba mengaitkan kisah-kisah itu dengan makna kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Kami menjelaskan bahwa jujur bukan hanya soal berkata benar, tapi juga tentang tanggung jawab, keberanian, dan integritas diri.
Â
Setelah sesi diskusi, kami memberikan kesempatan bagi beberapa siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Salah satu siswa berkata,
"Kejujuran itu penting, karena kalau kita tidak jujur, nanti orang lain jadi tidak percaya sama kita."
Kalimat sederhana itu membuat kami tersenyum. Di tengah dinamika dunia remaja yang penuh tantangan, mereka ternyata masih memahami arti kejujuran sebagai nilai yang harus dijaga.
Dalam sesi tanya jawab, kami juga menemukan hal menarik. Ketika ada siswa yang melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan, mereka dengan jujur mengaku belum paham, tanpa menutupi. Ini menunjukkan bahwa nilai kejujuran sudah mulai tumbuh, meski masih perlu terus dibimbing dan diperkuat.
Bagi kami, pengalaman mengajar di kelas ini bukan sekadar tugas kampus, tapi juga pelajaran kehidupan. Kami belajar bahwa membentuk karakter jujur tidak cukup hanya dengan ceramah. Butuh keteladanan, kedekatan, dan komunikasi yang hangat agar siswa merasa aman untuk berkata jujur.