Ciputat, 22 September 2025 — Kejujuran dipaparkan bukan sekadar kebiasaan berkata benar, melainkan sebuah keselarasan antara ucapan, niat, dan tindakan yang menjadi inti pembentukan akhlak dalam tradisi tasawuf.
Kunci ajaran: naskah suci dan teladan nabi
Kejujuran adalah perintah normatif dalam Al-Qur’an dan hadits — misalnya rujukan pada Q.S. AlBaqarah:283, At-Taubah:119, dan Ash-Shaff:2–3 — yang menegaskan kewajiban memberi kesaksian benar, menepati janji, dan konsistensi antara kata dan tindakan. Kajian hadits juga menggarisbawahi bahwa kejujuran membawa kebaikan dan ketenangan batin, sedangkan kebohongan menghasilkan kegelisahan.
Dimensi kejujuran menurut ulama
Istilah sidq (kejujuran) dijelaskan multi-dimensional: lisan, niat, kemauan, janji, dan perbuatan. Imam Al-Ghazali dan para ulama lain dipakai sebagai rujukan untuk mengembangkan indikator pembinaan akhlak — bukan hanya teori etika, tetapi juga ukuran bagaimana institusi dan keluarga bisa menilai dan membina perilaku jujur.
Aplikasi praktis: keluarga, kampus, masyarakat
Di keluarga, keteladanan orang tua—misal mengakui kesalahan dan menepati janji—dinilai krusial untuk membentuk karakter anak. Di kampus, pencegahan kecurangan akademik (menyontek, plagiat) perlu diimbangi kebijakan jelas dan desain evaluasi yang meminimalkan godaan kecurangan. Di level masyarakat, tujuan jangka panjang adalah membangun budaya transparansi dan penegakan aturan yang adil sehingga kepercayaan sosial meningkat dan praktik korupsi menurun. Rangka kebijakan dan pendidikan karakter yang terintegrasi menjadi saran utama.
Menghubungkan teks dan praktik: rekomendasi
Rekomendasi-rekomendasi yang terukur: (1) kurikulum pendidikan karakter yang mengaitkan ayat/hadits dengan simulasi kasus nyata; (2) program pembiasaan di keluarga yang menekankan pengakuan kesalahan dan penghargaan atas keterbukaan; (3) kebijakan institusional kampus yang mengkombinasikan sanksi, redesign evaluasi, dan pembinaan berkelanjutan; (4) tata kelola publik yang transparan dan mekanisme akuntabilitas. Sinergi antaraktor — orang tua, pendidik, pemimpin publik — diperlukan agar nilai jujur menjadi kebiasaan kolektif.
Penutup
Kejujuran bukan sekadar etika privat, melainkan instrumen pembangunan sosial: bila tertanam, ia menumbuhkan ketenangan batin individu dan memperkuat tatanan sosial yang sehat. Implementasi butuh kerja panjang, tetapi manfaatnya menyentuh ranah spiritual dan material.