Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... ASN Yang Doyan Nulis dan Makan, Penyuluh Hukum Kanwil Kemenkum NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Tradisi Uang Jajan untuk Anak Sekolah, Wajibkah?

16 Oktober 2025   13:42 Diperbarui: 16 Oktober 2025   15:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bermain di jam olahraga. (Sumber: dokumentasi pribadi)

Tradisi uang jajan untuk anak sekolah memang sudah membudaya, meski tak semua orang menjalaninya. Maksud saya, zaman generasi sebelum saya, bahkan ada yang bercerita tak ada yang namanya uang jajan. Pergi sekolah, sarapan di rumah. Pulang sekolah, makan siang di rumah.

Lalu apakah benar bahwa uang jajan untuk anak sekolah ini wajib diberikan? Pertanyaan ini jadi muncul ketika kebiasaan ini seakan menjadi tradisi dari perubahan pola pikir dan pola perilaku masyarakat. Menurut saya memang begitu. Namun pertanyaannya juga jadi berubah ketika ada program MBG di sekolah.

Apakah lantas anak-anak yang tadinya dikasi uang jajan jadi harus menyesuaikan? Ah menarik kita bahas sedikit, lengkap dengan bumbu cerita dari saya, pengalaman pribadi saya. 

Uang Jajan dan Tradisi 

Uang jajan seakan menjadi hal yang melekat jika kita bicara anak sekolah. Sebagai orangtua sebagian orang akan bilang kasian, mereka pasti lapar jam istirahat. Namun yang lebih sering saya dengar adalah "kasian anak lihat temannya belanja sementara dia tidak". Atau mungkin karena orangtua yang tak sempat menyiapkan bekal.

Realitanya hari ini para orangtua sibuk bekerja, entah yang kantoran atau bahkan buruh bangunan. Tak hanya laki-laki, bahkan fenomena saat ini seorang perempuan juga harus panggul barang berat di pundaknya. Pergi pagi pulang sore atau malam, belum lagi mengurus keluarga di rumah.

Kelelahan? Tentu saja, siapa yang tidak lelah dengan kerja di luar lalu balik ke rumah kerja lagi. Maka sepertinya kebiasaan jadi bergeser seiring dengan bergesernya fungsi orangtua. Uang jajan menjadi alternatif lain yang menutupi situasi ini.

Tradisi memberi uang jajan, entah dimulai dari saling lirik orangtua dengan orangtua, antar anak dengan anak. Atau dimulai juga dengan sibuk mencari rejeki, takut anak kelaparan, rasa sayang dengan berbagai alasan juga. Wajar saja, orangtua kan beda-beda ya, tak bisa disamakan pemikiran dan persepsi nya.

Namun ternyata tradisi uang jajan ini terus berkembang, hingga memunculkan stigma seakan-akan ini sangat dibutuhkan. Padahal hal-hal lain yang kurang sehat seperti jenis makanan instan dan camilan murah kemasan juga bermunculan. Menjamur bak jamur di musim penghujan.

Bahkan ada orangtua yang pernah menyodorkan komentar dan kalimat pedas ke saya "ndak kasian apa ga kasi anak untuk belanja di sekolah?". Atau kalimat bijak yang bahkan mereka sendiri tak tau maknanya dan dasar keilmuannya "Anak itu masih masa pertumbuhan, kasi aja makan apa saja". 

Dan semua berawal dari tradisi uang jajan ini. Lalu saya ingin bertanya, apakah anda pernah mengkaji atau berfikir, uang jajan ini banyakan dampak negatif atau positifnya?

Dampak Tradisi Uang Jajan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun