Lampu-lampu Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, masih terang ketika peluit panjang dibunyikan. Skor tetap 0-0 melawan Lebanon. Para pemain timnas Indonesia berjalan keluar lapangan dengan wajah penuh tanya, sementara ribuan suporter yang memenuhi tribun mencoba menutup kekecewaan dengan tepuk tangan. Mereka sadar, laga ini hanyalah uji coba. Tetapi di balik skor tanpa gol itu, ada pesan besar: Indonesia bisa menguasai permainan, namun tanpa satu pun tembakan tepat sasaran.
Di titik inilah kekhawatiran muncul. Bagaimana nanti jika lawan bukan Lebanon, melainkan Irak dan Arab Saudi dua kekuatan mapan sepak bola Asia yang akan dihadapi Garuda pada Oktober dalam putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026?
Pengingat dari Sang Pengamat
Erwin Fitriansyah, jurnalis dan pengamat sepak bola, dilansir dari OLE777 tak ragu melontarkan peringatan keras. Dalam obrolan di kanal YouTube SPORT CAST Nusantara TV, ia menekankan bahwa ketika melawan tim sekelas Irak dan Arab Saudi, jumlah peluang Indonesia pasti jauh lebih sedikit dibanding laga melawan Lebanon.
"Waktu menghadapi Arab Saudi atau Irak, jangankan peluang satu, setengah aja harus bisa jadi gol," ujarnya.
Kalimat itu terdengar hiperbolis, tapi sebenarnya sederhana: efisiensi adalah kunci. Saat menghadapi lawan besar, Indonesia tidak akan punya banyak ruang. Kesalahan kecil bisa berakibat fatal, sementara kesempatan emas datang hanya sekali atau dua kali.
Dari Dominasi yang Hampa
Laga uji coba kontra Lebanon menjadi gambaran nyata persoalan Indonesia. Statistik menunjukkan Garuda mendominasi penguasaan bola, mencoba mengalirkan serangan lewat sayap dan kombinasi gelandang. Namun apa gunanya dominasi jika tak menghasilkan ancaman nyata ke gawang lawan? Nol tembakan tepat sasaran di depan ribuan suporter adalah tamparan yang menyakitkan.
Lebanon memang bukan tim papan atas Asia, tapi pertahanannya cukup solid untuk membuat lini depan Indonesia mati kutu. Bayangkan betapa sulitnya melawan Irak dan Arab Saudi, yang memiliki bek dengan jam terbang di liga top Asia bahkan Eropa. Jika melawan Lebanon saja sulit mencetak peluang bersih, bagaimana melawan tim yang terbiasa tampil di Piala Asia dan menumbangkan raksasa Asia lainnya?
Profil Dua Raksasa
Irak dan Arab Saudi bukan sekadar lawan biasa. Mereka adalah tim dengan sejarah panjang dan kualitas individu yang merata di setiap lini.
Irak: Tim yang dikenal dengan fisik tangguh dan pressing intens. Mereka punya gaya main cepat, memanfaatkan duel udara, serta disiplin tinggi dalam bertahan.
Arab Saudi: Selain menjadi tuan rumah putaran keempat, mereka juga memiliki reputasi mengalahkan Argentina di Piala Dunia 2022. Arab Saudi terbiasa dengan tempo tinggi, memadukan kecepatan pemain sayap dengan kemampuan teknis di lini tengah.