Lihat ke Halaman Asli

Jainal Abidin

www.jayepa.com

Kartini Modern di Perjalanan Mudik Bersama Si Kecil

Diperbarui: 27 April 2025   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kartini modern di perjalanan mudik (dokpri)

Kisah ini aku temui saat mudik Lebaran kemarin. Waktu itu, di gerbong kereta, mataku tertuju pada seorang ibu muda yang sedang berjuang dengan barang bawaannya. Tas besar di pundaknya terlihat berat, sementara satu tangan lainnya sibuk menggendong balita yang hampir tertidur. Melihat ia kesulitan mengangkat tas ke bagasi atas, aku refleks maju untuk membantu. Setelah semua selesai, aku baru sadar kalau ternyata dia duduk tepat di depan aku.

Rasa penasaran membuatku membuka percakapan. Awalnya aku bertanya santai tentang tujuan mudiknya. Pada akhirnya aku baru tahu, bahwa ia merupakan seorang single parent. Setahun yang lalu, suaminya meninggal dunia. Mudik kali ini, ia membawa anak semata wayangnya pulang ke rumah mertuanya, untuk tetap menjaga silaturahmi.

Mudik tahun ini terasa spesial bagi Ifa. Ada dua hal yang membuat mudiknya istimewa, bisa kembali ke tanah kelahiran setelah sekian lama dan membawa Aira, balita mungilnya yang baru berusia tiga tahun, untuk pertama kalinya. Bukan naik mobil pribadi atau pesawat, mereka memilih kereta api, alat transportasi sederhana yang menyimpan banyak kenangan bagi keluarganya.

Sejak sebulan sebelum keberangkatan, Ifa sudah mempersiapkan semuanya.
Tiket dipesan jauh-jauh hari, memilih kursi strategis dekat jendela supaya Aira bisa terhibur sepanjang perjalanan. Tas besar berisi keperluan balita, mulai dari baju ganti, popok, tisu basah, camilan sehat, mainan favorit, hingga obat-obatan sudah siap.


Tak hanya barang bawaan, Ifa juga membawa "mental kuat" dalam perjalanannya, sudah siap menghadapi situasi apa pun, mulai dari balita rewel, bosan karena perjalanan panjang, hingga kehebohan minta pipis di tengah kereta.

"Mudik itu nggak hanya tentang sampai ke kampung halaman, tapi tentang bagaimana Aira bisa memahami bagian-bagian kecil dari hidupku," katanya sambil membereskan tas.

Menuju Stasiun: Awal Perjuangan

Di hari keberangkatan, pagi-pagi sekali Ifa sudah bersiap. Dengan satu ransel besar di punggung, koper kecil di tangan kanan, dan Aira digandeng erat di tangan kiri, ia melangkah mantap menuju stasiun.

Aira sempat mengeluh, "Capek, Ma..." saat jalan dari parkiran ke peron.

Ifa jongkok, menatap mata anaknya dan berkata lembut, "Kita kuat, Aira. Sedikit lagi sampai."

Bagi Ifa, momen-momen seperti ini adalah bentuk sederhana mengajarkan semangat perjuangan kepada anaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline