Lihat ke Halaman Asli

Helsa Sahara

Universitas Hasanuddin

Sarcopenia: Ancaman Tersembunyi Bagi Kualitas Hidup Lansia

Diperbarui: 24 September 2025   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masa tua seringkali digambarkan sebagai periode istirahat setelah sekian lama menjalani kehidupan yang penuh perjuangan. Namun sayangnya, tidak semua lansia dapat menikmati masa senja itu dengan tenang. Banyak di antara mereka yang justru dihadapkan pada kejamnya penyakit dan gangguan yang menyerang tubuh mereka yang semakin lemah sehingga membuat aktivitas sederhana seperti berjalan, mengangkat barang ringan, atau sekadar bangun dari kursi menjadi tantangan berat.

Di balik masalah kesehatan yang kerap mendapat sorotan seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung, terdapat satu ancaman tersembunyi yang jarang dibicarakan, yakni sarcopenia. Meski berkembang secara perlahan dan sering kali dianggap sebagai "hal biasa" dalam penuaan, sarcopenia memiliki dampak besar terhadap kualitas hidup. Ia bukan hanya mengurangi kemampuan bergerak dan kemandirian, tetapi juga meningkatkan risiko jatuh, menurunkan daya tahan tubuh, hingga berkontribusi pada munculnya masalah gizi. Sarcopenia adalah masalah yang tak kasat mata namun membawa konsekuensi nyata terhadap kesejahteraan lansia.

Salah satu studi tahun 2025 di Semarang melaporkan prevalensi sarcopenia sebesar 44.44% dan prevalensi sarcopenia berat 50.33% pada 153 lansia. Mayoritas penderita adalah perempuan (79.2%) dengan rata-rata usia 69.45 tahun. Dari penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa penderita sarcopenia di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi.

Sarcopenia adalah suatu kondisi progresif yang ditandai oleh kehilangan massa otot, kekuatan otot, dan fungsi fisik yang terjadi seiring proses penuaan. Kondisi ini timbul akibat atrofi otot, kehilangan serat otot tipe 2 dan neuron motorik, serta infiltrasi sel lemak, yang dipengaruhi oleh gaya hidup, inflamasi, degenerasi neuromuskular, dan perubahan hormon.

Gejala Sarcopenia

Gejala sarcopenia berkembang secara bertahap dan biasanya tidak langsung terlihat pada awalnya. Gejala sarcopenia yang dapat dirasakan dan dilihat seperti:

  • Kelemahan Otot yang Meningkat: Penurunan massa otot menyebabkan otot menjadi melemah secara signifikan. Penderita mulai merasakan ototnya tidak sekuat dulu, sehingga sulit melakukan aktivitas yang membutuhkan kekuatan seperti mengangkat benda berat atau berdiri dari posisi duduk.
  • Stamina Menurun dan Mudah Lelah: Penderita sarcopenia cenderung cepat merasa lelah karena massa dan fungsi otot yang berkurang sehingga membuat tubuh lebih cepat kehabisan energi. Bahkan melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki, naik turun tangga, atau berdiri lama bisa menjadi sangat melelahkan.
  • Mengecilnya Ukuran Otot (Atrofi Otot): Seiring waktu, otot yang mengalami sarcopenia akan terlihat lebih kecil karena hilangnya serat otot, terutama serat tipe II yang bertanggung jawab atas kekuatan dan ledakan otot. Perubahan ini terkadang terlihat jelas pada tangan dan kaki yang menjadi lebih kurus.
  • Kesulitan Melakukan Aktivitas Fisik dan Keseharian: Sarcopenia membuat penderitanya kesulitan untuk melakukan aktivitas fisik seperti naik-turun tangga, berjalan cukup jauh, berdiri lama, ataupun melakukan pekerjaan rumah. Bila sudah parah, penderita bahkan mungkin memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari.
  • Gangguan Keseimbangan dan Peningkatan Risiko Jatuh: Penurunan kekuatan otot juga berimbas pada koordinasi dan keseimbangan tubuh. Hal ini dapat meningkatkan risiko sering terjatuh yang berpotensi menyebabkan cedera serius. Penderita sarcopenia juga lebih rentan mengalami patah tulang akibat jatuh karena kepadatan tulang yang menurun pada usia lanjut.

Selain gejala-gejala tersebut, gejala tidak langsung yang sering menyertai sarcopenia meliputi berkurangnya nafsu makan, malas bergerak, dan penurunan kualitas hidup secara menyeluruh. Jika tidak ditangani, sarcopenia bisa memperburuk kondisi kesehatan lansia, menambah risiko kecacatan dan kematian

Faktor Penyebab Sarcopenia

Faktor penyebab sarcopenia bersifat multifaktorial, yaitu melibatkan beberapa aspek yang saling berkontribusi. Beberapa faktor utama penyebab sarcopenia antara lain:

  • Fase Penuaan: Fase penuaan merupakan faktor utama yang paling berpengaruh. Pada fase penuaan, terjadi penurunan anabolisme otot, atrofi serat otot tipe II, serta penurunan jumlah neuron motorik yang menyebabkan massa dan kekuatan otot menurun secara progresif.
  • Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari atau kurang bergerak memberikan rangsangan otot yang minim, sehingga otot mengalami atrofi dan penurunan fungsi.
  • Perubahan Hormon: Penurunan hormon seperti insulin, estrogen (terutama pada wanita menopause), insulin-like growth factor-1 (IGF-1), dan testosteron berdampak pada menurunnya sintesis protein otot dan peningkatan infiltrasi lemak otot.
  • Nutrisi Buruk: Kekurangan asupan protein dan kalori, terutama asam amino esensial, menghambat proses pembentukan dan perbaikan otot. Malnutrisi sering dijumpai pada lansia akibat penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, dan gangguan penyerapan nutrisi.
  • Penyakit Kronis: Penyakit seperti PPOK, stroke, rheumatoid arthritis, HIV/AIDS, dan penyakit inflamasi lainnya dapat memperburuk kondisi sarcopenia melalui efek langsung maupun tidak langsung pada otot.
  • Stres Berat dan Faktor Psikologis: Kondisi stres yang berat dapat menurunkan motivasi aktivitas fisik dan berdampak negatif pada keseimbangan metabolik tubuh.

Secara umum, interaksi faktor-faktor ini menyebabkan ketidakseimbangan antara pembentukan dan pemecahan protein otot, sehingga massa dan fungsi otot menurun dan menyebabkan sarcopenia.

Cara Mencegah Sarcopenia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline