Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kenapa Pejabat Kita Perlu Membaca Buku, Bukan Hanya Membaca Slip Gaji

26 September 2025   11:25 Diperbarui: 26 September 2025   13:51 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Susunan buku yang ruang kerja. (Sumber: iStockPhoto/Casarsa via kompas.com)

Pendahuluan

Di Indonesia, berbicara tentang pendidikan hampir selalu identik dengan buku. Saya masih ingat betul saat menyusun skripsi dulu, referensi buku yang harus saya baca sampai serenceng, memenuhi meja dan rak. Itu semua demi memenuhi syarat untuk lulus S1 dan menjadi guru.

Ya, untuk menjadi guru saja, ijazah minimal S1 adalah syarat. Gaji saya saat pertama kali menjadi guru honorer hanya cukup buat hidup alakadarnya.

Di sisi lain, anggota DPR cukup dengan ijazah setara SLTA bisa menerima gaji serta tunjangan hingga ratusan juta rupiah per bulan. Dari situ saja sudah bisa dibaca ada yang tidak beres dalam sistem pemerintahan kita.

Analogi Calo Literasi

Hari ini, banyak pejabat yang lantang berbicara soal literasi. Tapi pada praktiknya, mereka sering kali tak benar-benar terlibat. 

Fenomena ini mengingatkan saya pada suasana terminal. Bayangkan seorang calo yang berteriak keras, "Bandung! Bandung! Yang mau ke Bandung, ayo naik!" 

Tetapi ketika bus benar-benar berangkat, ia sendiri tidak ikut naik. Ia hanya berdiri di pinggir, sekadar mendapatkan keuntungan dari transaksi dengan sopir, tanpa pernah merasakan perjalanan itu sendiri.

Begitulah literasi pejabat kita hari ini. Mereka bicara panjang lebar tentang pentingnya membaca, bahkan hadir di acara peresmian taman bacaan, tapi tidak pernah terlihat benar-benar dekat dengan buku.

Yang dipamerkan di media sosial justru mobil mewah, pakaian branded, atau jam tangan mewah, bukan buku yang mereka baca. Akibatnya, literasi hanya jadi slogan, bukan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun