Lihat ke Halaman Asli

Dicky Saputra

TERVERIFIKASI

Let's talk about life.

Menangis Saat Menonton Film Sedih, Apakah Karena Filmnya Atau Hati Anda?

Diperbarui: 10 Oktober 2025   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film bisa begitu menghanyutkan emosi sampai membuat Anda menangis, atau ada alasan lain? (Gemini AI-generated image)

Ada momen tertentu ketika layar di depan menampilkan adegan kehilangan, pengorbanan, atau perpisahan yang dalam. Musiknya pelan, lampu ruangan redup, dan entah kenapa, mata Anda mulai terasa panas. Air mata turun begitu saja, seolah Anda benar-benar kehilangan seseorang yang dicintai, padahal itu cuma film. Tapi benarkah cuma film?

Menariknya, tidak semua orang bereaksi seperti itu. Ada yang tetap duduk tenang, menatap layar tanpa ekspresi, lalu menutup laptop dan beranjak seperti tidak terjadi apa-apa. Ada pula yang malah menertawakan adegan sedih itu, merasa tidak masuk akal atau terlalu dibuat-buat. Sementara Anda mungkin masih terdiam, dada terasa sesak, dan pikiran melayang ke sesuatu yang jauh lebih pribadi.

Lalu pertanyaannya: kalau Anda menangis saat menonton film sedih, apakah itu karena filmnya bagus? Atau karena hati Anda terlalu lembut? Atau, bisa jadi karena ada sesuatu yang belum selesai di dalam diri Anda?

Film yang Menggugah atau Jiwa yang Tergerak

Tidak semua film sedih mampu membuat penontonnya menangis. Ada film yang naskahnya sempurna, aktingnya memukau, musiknya menghantam emosi, tapi tetap tidak menyentuh sebagian orang. Ada juga film sederhana, bahkan produksi seadanya, tapi mampu mengguncang hati penontonnya sampai berhari-hari.

Ini menunjukkan kalau efek emosi dari sebuah film bukan cuma soal kualitas karya, tapi juga kesiapan hati yang menontonnya. Anda bisa menonton adegan kehilangan anak dalam film tanpa merasa apa-apa---sampai suatu hari Anda sendiri kehilangan seseorang. Tiba-tiba, adegan itu terasa terlalu dekat. Anda tidak sedang menonton orang lain, Anda sedang menonton ulang kenangan sendiri.

Ada kalanya film berfungsi seperti cermin. Ia tidak menambahkan sesuatu yang baru, tapi memperlihatkan dengan jelas apa yang sebenarnya sudah ada di dalam diri Anda. Rasa sedih yang tertunda, penyesalan yang terpendam, atau kerinduan yang tidak sempat terucap.

Jadi, ketika air mata turun saat menonton, bukan berarti Anda lemah atau berlebihan. Mungkin justru di situlah hati Anda sedang menunjukkan tanda kehidupan---bahwa ia masih mampu merasakan, masih bisa tersentuh oleh kisah tentang cinta, kehilangan, atau perjuangan.

Mengapa Ada yang Menangis dan Ada yang Tidak

Dari sudut pandang psikologis, menangis adalah bentuk pelepasan emosi yang sangat manusiawi. Otak manusia memiliki area yang memproses empati, yaitu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan orang lain. Ketika seseorang menangis saat menonton film, sebenarnya otaknya sedang menanggapi emosi karakter di layar seolah-olah itu nyata.

Tapi tidak semua orang memiliki tingkat empati yang sama. Ada yang sangat mudah ikut terbawa perasaan, ada juga yang secara alamiah lebih rasional dan menjaga jarak. Ada yang sejak kecil diajarkan untuk mengekspresikan perasaan, ada pula yang tumbuh dalam lingkungan yang menilai air mata sebagai tanda kelemahan.

Kalau Anda mudah tersentuh oleh kisah sedih, itu bukan sesuatu yang salah. Mungkin Anda tumbuh dalam suasana yang membuat hati Anda peka terhadap penderitaan dan kasih sayang. Atau mungkin Anda sedang berada dalam fase hidup di mana emosi lebih mudah muncul---karena sedang lelah, kehilangan arah, atau merindukan sesuatu yang hilang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline