Dua masalah utama yang dihadapi daerah perkotaan seperti Kota Tangerang adalah ketahanan pangan dan pengelolaan sampah, pertumbuhan pesat urbanisasi menurunkan luas lahan pertanian, sementara produksi sampah rumah tangga terus meningkat. Untuk mengatasinya, pemerintah Kota Tangerang memulai bank sampah berbasis urban farming, yaitu program ini adalah program turunan dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang. Pada tahun 2019, Dinas Ketahanan Pangan mengalokasikan dana sebesar Rp1.005.295.000 untuk program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan(%), dengan realisasinya adalah sebesar 98,15%. Selain itu, Rp275.356.070 dialokasikan untuk program peningkatan produktivitas pertanian dan perkebunan, dan 86,56% dari jumlah tersebut telah direalisasikan. Kampung Darling di Kelurahan Sudimara Jaya, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang merupakan salah satu contoh efektivitas program ini yang pada awalnya, ada masalah pengelolaan sampah yang serius di wilayah ini karena banyak penduduk yang membuang sampah sembarangan, sehingga membuat daerah tersebut menjadi kumuh dan rawan penyakit. Meskipun demikian, masyarakat telah didorong untuk memilah sampah di rumah sejak tahun 2020 dengan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
Bank sampah Kampung Darling mengumpulkan sampah anorganik untuk didaur ulang, sementara sampah organik dikumpulkan dan diubah menjadi kompos melalui proses fermentasi langsung. Setelah pembuatan pupuk berjalan dengan baik, masyarakat mulai menggunakannya dalam pertanian perkotaan, menanam sayuran seperti kangkung, bayam, cabai, dan tomat di pekarangan rumah atau lahan kosong di sekitar lingkungan mereka. Inisiatif ini berkembang dengan bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang, yang memberikan instruksi tentang teknik pertanian di lahan sempit seperti hidroponik dan vertikultur. Kampung Darling kini memiliki lebih dari 50 warga yang secara aktif berpartisipasi dalam sistem berkebun berbasis bank sampah ini dan penemuan ini tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga memberikan pasokan makanan yang lebih mandiri dan berkelanjutan bagi lingkungan sekitar. Program ini telah membuat perbedaan yang signifikan di Kampung Darling dan menjadi contoh realistis tentang bagaimana ketahanan pangan dan pengelolaan sampah yang tepat dapat dicapai secara bersamaan. Lingkungan menjadi lebih bersih karena sampah organik yang tadinya dibuang kini diubah menjadi pupuk, sementara sampah anorganik dapat didaur ulang untuk penggunaan ekonomi. Ketahanan pangan masyarakat juga telah meningkat, karena mereka sekarang dapat memproduksi makanan mereka sendiri daripada harus membelinya dari pasar. Bahkan, hasil panen yang berlebih kini bisa warga jual di pasar lokal, sehingga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga. Menurut Ketua Bank Sampah Kampung Darling, mereka dapat mengubah lebih dari 100 kg sampah organik menjadi kompos, yang kemudian digunakan untuk pertanian. Skema ini juga membantu mengurangi emisi karbon dengan mencegah sampah organik yang telah diproses membusuk di TPA dan mengeluarkan gas metana yang merusak lingkungan.
Pencapaian ini dirasakan langsung oleh penduduk setempat. Siti (42), seorang ibu rumah tangga dari Kampung Darling, mengatakan bahwa ia awalnya ragu dengan inisiatif bank sampah. "Dulu saya pikir ini hanyalah proyek biasa yang tidak akan bertahan lama. Namun, ternyata setelah saya ikut nabung sampah di bank sampah saya dapat banyak manfaat, sekarang saya bisa mendapatkan pupuk gratis untuk kebun kecil di pekarangan rumah,” ujarnya. Selain itu Lina (46), seorang pedagang sayur keliling, merasakan banyak manfaat sejak ia mulai memproduksi sayurannya sendiri di kebunnya, menambahkan pendapat "Dulu saya harus membeli sayuran di pasar dengan harga yang tidak menentu, belum lagi ongkos angkutnya. Namun, sekarang saya bisa memetik langsung dari kebun saya sendiri. Saya juga membuat pupuk sendiri dari kompos, sehingga menghemat uang karena tidak perlu membeli pupuk yang mahal. Sayurannya lebih segar, karna ambil di kebun sendiri dan langsung dijual. Selain itu keuntungan saya lebih tinggi karena modalnya jadi lebih rendah,” serunya dengan penuh semangat.. Dapat dilihat bahwa Kampung Darling telah menunjukkan bahwa tantangan lingkungan dan ketahanan pangan dapat ditangani secara bersamaan melalui kolaborasi yang efektif antara masyarakat dan pemerintah. Bank sampah berbasis urban farming di kampung ini tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga membantu menciptakan rantai makanan yang lebih mandiri. Kampung Darling merupakan contoh sukses pengelolaan sampah berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat, yang telah menerima banyak penghargaan dan memberikan dampak positif. Kota Tangerang memiliki potensi untuk menjadi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan kemandirian pangan perkotaan jika konsep ini direplikasi di daerah lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI