Di tengah derasnya arus digital dan komunikasi instan, ejaan kerap kali dianggap remeh. Banyak orang menulis pesan singkat dengan ejaan yang "seadanya", seperti "km" untuk "kamu" atau "sy" untuk "saya". Namun, di balik kesederhanaan ejaan, tersimpan peran penting dalam menjaga kejelasan, keteraturan, dan identitas bahasa Indonesia. Artikel ini mengajak Anda menengok kembali makna, sejarah, hingga kutipan para ahli tentang pentingnya ejaan dalam kehidupan berbahasa.
Ejaan: Lebih dari Sekadar Aturan
Ejaan bukan hanya sekadar aturan penulisan huruf dan tanda baca. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca. Widya Fitriantiwi dalam bukunya menegaskan, "Ejaan adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai". Dengan kata lain, ejaan adalah fondasi keteraturan dalam berbahasa tulis.
Menurut Siti Maimunah, "Ejaan memiliki fungsi sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku, membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku, sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya tidak menghilangkan makna aslinya, serta membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan mudah karena penulisan bahasa yang lebih teratur". Kutipan ini menegaskan bahwa ejaan bukan hanya soal benar atau salah, melainkan juga alat untuk memperjelas dan memperindah bahasa.
Sejarah Panjang Ejaan Indonesia
Perjalanan ejaan di Indonesia sangat panjang dan dinamis. Dr. Felicia Nuradi Utorodewo menulis, "Pedoman ejaan selalu bersifat dinamis dan akan mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan bahasa. Itulah sebabnya kini kita mengenal EYD V, hasil penyempurnaan kelima sejak ejaan pertama kali diberlakukan". Sejak Ejaan van Ophuijsen (1901), Ejaan Soewandi (1947), Ejaan Yang Disempurnakan (1972), hingga Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terbaru, perubahan ejaan selalu mengikuti kebutuhan zaman dan perkembangan bahasa.
Perubahan ejaan juga menandai perjalanan bangsa dalam membangun identitas. "Perbaikan, peningkatan, dan penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan selama 114 tahun, mulai dari tahun 1901 hingga 2015. Selama waktu itu, banyak nama ditetapkan untuk ejaan bahasa kita," tulis sebuah jurnal pendidikan bahasa. Setiap perubahan ejaan bukan hanya soal teknis, melainkan juga cerminan dinamika sosial, politik, dan budaya bangsa.
Ejaan dan Identitas Bangsa
Bahasa adalah identitas bangsa, dan ejaan adalah penjaga keaslian bahasa itu sendiri. Dengan ejaan yang baku, seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat saling memahami. Ejaan juga menjadi alat pemersatu, karena dengan aturan yang sama, komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019), Yunus Abidin menyatakan, "Ejaan merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa menjadi bentuk huruf, kata serta kalimat". Artinya, ejaan adalah jembatan antara bahasa lisan dan tulisan, sehingga pesan dapat tersampaikan dengan jelas dan tidak menimbulkan salah paham.
Tantangan Ejaan di Era Digital